Dalam rangka Plastic Free July, ECOTON bersama 40 pelajar Detektif Sungai menemukan mikroplastik di udara. Uji kadar mikroplastik udara yang baru pertama kali dilakukan, Karena detektif sungai Dan ECOTON menggunakan drone khusus yang dirancang untuk bisa mengangkut dan menangkap mikroplastik di udara. Drone Mikroplastik (DOMIK) adalah drone yang dimodifikasi dan dipasang alat saring mikroplastik di kaki dronenya.
Peneliti mikroplastik ECOTON Rafika Aprilianti menjelaskan bahwa ECOTON merancang alat baru untuk sampling mikroplastik di udara dengan memodifikasi drone, bertujuan agar dapat mengidentifikasi mikroplastik pada ketinggian 20 meter. Karena salah satu sumber mikroplastik di udara adalah dari pembakaran sampah plastik yang masih banyak dilakukan oleh masyarakat Indonesia, dengan ketinggian asap mencapai 5-20 meter.
Penelitian ini didasari oleh sebuah studi baru yang terbit dalam jurnal Environmental Science & Technology menyoroti negara-negara di dunia yang penduduknya paling banyak mengonsumsi mikroplastik, dan Indonesia menduduki peringkat teratas. Masyarakat Indonesia mengonsumsi sekitar 15 gram mikroplastik per bulan. Sumber mikroplastik yang mengontaminasi tubuh dapat berasal dari banyak hal meliputi makanan dan minuman yang terkontaminasi mikroplastik, hingga lingkungan di sekitar kita yang banyak mengandung mikroplastik, misalnya udara, air dan tanah.
DOMIK pertama kali diterbangkan di Kabupaten Sidoarjo dan Kabupaten Gresik kemudian Kota Kediri. Dari ketiga kota dan kabupaten tersebut, jumlah kelimpahan rata-rata mikroplastik yang berhasil ditangkap oleh DOMIK adalah 90 partikel/jam. Partikel mikroplastik yang berhasil ditangkap adalah dari jenis Fiber, Filamen dan Fragmen. Kelimpahan mikroplastik tiap kota dan kabupaten adalah sebagai berikut:
Temuan Mikroplastik yang terdeteksi di udara pada ketinggian 20 meter, mengkonfirmasi kekhawatiran tentang dampak buruk pencemaran plastik, terutama karena mikroplastik yang ada di udara berpotensi turun ke permukaan bumi dan terhirup oleh manusia.
Mikroplastik di udara dapat berasal dari berbagai sumber, termasuk Abrasi dari ban kendaraan di jalan raya. Pemakaian dan pembuangan produk plastik sehari-hari, Proses industri yang melibatkan plastik, Degradasi material plastik di lingkungan. Partikel-partikel ini dapat terdispersi melalui angin dan fenomena atmosfer lainnya, sehingga tersebar luas dan bahkan mencapai daerah yang jauh dari sumber pencemaran. Dan masalah utama adanya mikroplastik di udara adalah dari pembakaran sampah yang masih massif di negara Indonesia. Berdasarkan data dari databooks, 2023 menyebutkan bahwa 57,2% rumah tangga Indonesia rutin bakar sampah, 27,6% diangkut petugas dan hanya 0,1% saja yang didaur ulang.
Mikroplastik di udara menimbulkan risiko kesehatan yang signifikan. mikroplastik berukuran cukup kecil untuk terhirup langsung ke paru-paru. Mikroplastik bisa berbahaya jika masuk ke saluran pernapasan. Penyakit ini dapat menyebabkan pembengkakan dan kerusakan pada tenggorokan dan jaringan paru-paru, sehingga menyebabkan nyeri dada ringan atau sesak napas. Mikroplastik berpotensi dapat menumpuk dan merusak kantung udara (alveoli) di paru-paru. Hal ini dapat meningkatkan risiko terkena kondisi paru-paru seperti emfisema dan kanker paru-paru. Dan mikroplastik yang ukurannya sangat kecil dapat masuk ke aliran darah yang dapat tersalurkan ke banyak organ di tubuh, bahkan ada yang membentuk plak di pembuluh darah.
“Mikroplastik sifatnya seperti magnet, sehingga bahan polutan yang ada disekitarnya dapat diserap dan diikat oleh mikroplastik, jadi ketika kita menghirup mikroplastik kita juga akan menghirup polutan berbahaya yang diikat oleh mikroplastik,” jelas Rafika.
Selain itu Mikroplastik pada udara juga dapat mencemari daun. Mikroplastik yang menempel pada permukaan daun dapat menghalangi sinar matahari yang diperlukan untuk fotosintesis, kerusakan fisik daun, hingga penyumbatan stomata yang mengganggu proses respirasi dan fotosintesis. Bulan Mei ECOTON telah melakukan uji mikroplastik pada daun Mangrove yang ada di Ekowisata mangrove Wonorejo Surabaya, hasilnya adalah sebagai berikut:
“Ini merupakan pengalaman pertamaku melakukan penelitian mikroplastik di udara, ternyata sampah plastik yang biasanya dibakar akan membentuk mikroplastik yang berukuran sangat kecil yaitu kurang dari 5 milimeter, dan memungkinkan bisa masuk dalam tubuh,” ujar Madjid Panjalung salah satu pelajar detektif sungai yang saat ini menduduki kelas 4 SD.
Penelitian mikroplastik di udara dan daun akan terus dilakukan oleh ECOTON di banyak lokasi. Hal ini menjadi bukti bahwa penggunaan sampah plastik sekali pakai akan berdampak pada kesehatan manusia, apalagi manusia setiap harinya bernafas sehingga butuh udara yang bersih.
“Pembakaran sampah plastik di beberapa wilayah terjadi karena belum adanya fasilitas pengangkutan sampah. Maka harusnya pemerintah mendirikan menyediakan TPS 3R di setiap wilayah kelurahan atau desa untuk meminimalisir penanganan sampah yang tidak tepat salah satunya pembakaran,” pungkas Firly Mas’ulatul Jannah selaku Manager Zero Waste Cities. (ECOTON)