Membakar sampah sering dianggap sebagai solusi cepat dan murah untuk mengurangi volume sampah, terutama di negara-negara berkembang. Namun, praktik ini ternyata membawa lebih banyak dampak negatif daripada manfaat. Berdasarkan berbagai riset dan data, membakar sampah bukanlah solusi yang tepat untuk mengatasi permasalahan sampah. Lantas, apa saja dampak yang dapat ditimbulkan dari praktik tersebut?
1. Polusi Udara dan Dampak Kesehatan
Membakar sampah menghasilkan berbagai polutan berbahaya, seperti dioksin, furan, partikel halus (PM2.5), karbon monoksida (CO), dan berbagai gas rumah kaca lainnya. Menurut laporan dari World Health Organization (WHO), dioksin adalah salah satu polutan yang paling berbahaya, karena bersifat karsinogenik (menyebabkan kanker) dan dapat merusak sistem imun serta hormon manusia. Dioksin adalah senyawa kimia yang sangat beracun, dapat menyebabkan masalah kesehatan serius seperti gangguan hormon, kerusakan sistem imun, dan kanker. Dioksin termasuk dalam selusin kotor – sekelompok bahan kimia berbahaya yang dikenal sebagai polutan organik persisten (POPs).
Sebuah studi yang dipublikasikan oleh Journal of Environmental Science and Technology menyebutkan bahwa pembakaran sampah adalah salah satu sumber utama dioksin di udara, terutama di negara-negara yang tidak memiliki sistem pengelolaan limbah yang memadai . Polusi udara ini tidak hanya berbahaya bagi lingkungan, tetapi juga bagi kesehatan manusia. Orang-orang yang tinggal di dekat tempat pembakaran sampah memiliki risiko lebih tinggi terkena penyakit pernapasan, jantung, dan kanker .
2. Kontribusi Terhadap Perubahan Iklim
Membakar sampah juga menyumbang emisi gas rumah kaca yang signifikan, seperti karbon dioksida (CO2) dan metana (CH4). Kedua gas ini berperan besar dalam pemanasan global dan perubahan iklim. Menurut data dari United Nations Environment Programme (UNEP), sekitar 5% dari emisi global metana berasal dari pembakaran sampah terbuka .
Studi lain yang dilakukan oleh Global Alliance for Incinerator Alternatives (GAIA) menunjukkan bahwa pembakaran sampah menghasilkan lebih banyak CO2 per ton sampah dibandingkan metode pembuangan lainnya seperti daur ulang atau pembuatan kompos. Pembakaran sampah juga mengurangi potensi penyerapan karbon yang dapat dilakukan oleh tanah melalui kompos atau daur ulang organik.
3. Pemborosan Sumber Daya
Pembakaran sampah adalah bentuk pemborosan sumber daya yang signifikan. Material yang bisa didaur ulang atau diolah menjadi kompos hilang begitu saja ketika dibakar. Ini terutama berlaku untuk sampah organik, plastik, kertas, dan logam. Padahal, dengan sistem pengelolaan sampah yang baik, material-material ini bisa dimanfaatkan kembali untuk produksi barang-barang baru, yang pada gilirannya dapat mengurangi kebutuhan akan bahan baku baru dan energi.
Menurut Ellen MacArthur Foundation, daur ulang dan penggunaan ulang material dapat mengurangi konsumsi energi global hingga 40% dan emisi CO2 hingga 50% dibandingkan dengan pembakaran sampah .
4. Kerusakan Ekosistem dan Biodiversitas
Berdasarkan riset yang dikeluarkan Nexus3 Foundation bersama Ecoton, abu dan residu beracun (fly ash dan bottom ash) yang dihasilkan baik dari pembakaran terbuka maupun Waste to Energy dapat menyebabkan pencemaran tanah dan air. Hal ini akan berdampak langsung pada ekosistem lokal, mengancam kehidupan flora dan fauna.
Penelitian yang diterbitkan oleh Journal of Environmental Management juga menunjukkan bahwa area yang terpapar pembakaran sampah memiliki tingkat biodiversitas yang lebih rendah dibandingkan dengan area yang bebas dari polusi tersebut.
5. Kerugian Ekonomi
Meskipun membakar sampah tampak seperti solusi murah dalam jangka pendek, biaya kesehatan dan lingkungan yang timbul dari polusi udara dan perubahan iklim sangat tinggi. Sebuah laporan dari World Bank memperkirakan bahwa kerugian ekonomi akibat dampak kesehatan dan lingkungan dari pembakaran sampah mencapai miliaran dolar setiap tahunnya di seluruh dunia .
Selain itu, pembakaran sampah yang tidak dikontrol dapat merusak aset fisik seperti bangunan dan infrastruktur, yang pada akhirnya memerlukan biaya perbaikan atau penggantian yang tidak sedikit.
Alternatif yang Lebih Berkelanjutan
Alih-alih membakar sampah, ada berbagai solusi yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan untuk mengatasi permasalahan sampah. Seperti pengelolaan sampah yang berkelanjutan dengan menerapkan prinsip-prinsip zero waste; pengurangan sumber (reduce), dan penggunaan ulang (reuse) hingga pengelolaan sampah yang sedekat mungkin dari sumbernya terbukti efektif dalam mengurangi volume sampah dan dampak lingkungannya.
Menurut Circular Economy Initiative di Eropa, penerapan ekonomi sirkular di mana produk dan material terus digunakan dalam siklus yang tertutup dapat mengurangi produksi sampah hingga 80% dan emisi gas rumah kaca hingga 70%. (Kia)