Oleh: Nur Fauziyah Pradita
Gaya hidup nol sampah (zero waste lifestyle) merupakan upaya yang dapat kita tempuh untuk memberikan dampak baik bagi lingkungan. Gaya hidup ini bukan sekedar trend semata, melainkan sudah menjadi norma umum yang diikuti oleh berbagai kalangan, terutama anak muda di Indonesia. Meluasnya praktik zero waste lifestyle tidak lepas dari kampanye digital kreatif yang digaungkan oleh individu, komunitas hingga tokoh muda inspiratif.
Dampak positif dari keberhasilan kampanye gerakan zero waste melahirkan konten edukasi gaya hidup minim sampah di rumah, sekolah hingga kantor. Tak sampai disitu, beragam toko baik online maupun offline yang menyediakan perkakas ramah lingkungan, pakaian secondhand dan refill center semakin mendukung tumbuh suburnya gaya hidup zero waste.
Perubahan Perilaku Mendorong Perubahan Kebijakan
Gelombang zero waste tidak berhenti di level konsumen melalui perubahan perilaku semata, ia juga mendorong pemerintah daerah mengeluarkan regulasi cukup progresif seperti kebijakan pengurangan dan pelarangan jenis plastik tertentu, terutama plastik sekali pakai. Berdasarkan data KLHK, hingga Agustus 2020 terdapat 37 daerah meliputi kabupaten/kota dan provinsi yang telah mengeluarkan kebijakan pengurangan dan atau pelarangan plastik sekali pakai.
DKI Jakarta melalui Peraturan Gubernur (Pergub) Nomor 142 Tahun 2019 menjadi daerah ke 34 yang menerapkan kebijakan pengurangan kantong plastik sekali pakai. Jakarta menyusul Kota Bangkok sebagai Ibukota kedua di Asia Tenggara yang melarang single use plastic. Dikeluarkannya Pergub tersebut merupakan buah dari konsistensi kampanye publik. Pawai Plastik 2019 menjadi gong penanda berkumpul forum warga lintas komunitas menuntut kebijakan tersebut. Menyusul Pawai Plastik 2020 daring menandai berlakunya Pergub 142 dan kampanye internasional #PlasticfreeJuly.
Menerapkan gaya hidup nol sampah secara tidak langsung memberikan dukungan kita terhadap Peraturan Presiden Nomor 97 Tahun 2017 Tentang Kebijakan Strategis Nasional pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis rumah tangga. Berdasar jakstranas, pemerintah menetapkan target sebesar 30 persen dalam mengurangi sampah rumah tangga dan sampah sejenis rumah tangga dan 70 persen dalam penanganan sampah rumah tangga dan sampah sejenis rumah tangga pada tahun 2025.
Gaya hidup nol sampah merupakan salah satu cara kita untuk menginvestasikan waktu kita dalam menyelamatkan lingkungan dengan cara-cara yang mudah dan murah. Kita bisa memulai dengan membeli kebutuhan sehari-hari di bulk store dengan membawa wadah dari rumah dan menghindari pembelian produk sachet. Selain itu, membeli barang second-hand seperti pakaian di thrift store juga merupakan bentuk dukungan terhadap gerakan Zero Waste.
Gaya Hidup Zero Waste di Mata Anak Muda
Guna melihat sejauh mana anak muda melakukan praktik gaya hidup Zero Waste. Maka, penulis melakukan jajak pendapat sederhana tentang perilaku Zero Waste anak muda dengan rentang usia 20-25 tahun. Jajak pendapat diikuti oleh 22 orang responden yang berdomisili di Jakarta. Terdapat tiga pertanyaan yang penulis ajukan dalam survei; penerapan gaya hidup zero waste, pemakaian produk ramah lingkungan dan kebiasaan belanja di bulk store.
Sebagian besar responden yakni 86 persen, menyatakan sudah menerapkan gaya hidup Zero Waste. Ada 63 persen responden telah menerapkan kurang dari setahun dan ada 23 persen responden telah lebih dari setahun menerapkan gaya hidup Zero Waste. Sedangkan ada 14 responden menyatakan belum menerapkan gaya hidup tersebut. Pada pertanyaan pemakaian produk ramah lingkungan, terdapat 91 persen responden menyatakan telah menggunakannya. Namun intensitas penggunaan masih dalam kategori jarang. Sedangkan persen responden menyatakan tidak pernah menggunakan barang ramah lingkungan. Jenis produk ramah lingkungan yang dipakai meliputi reusable straw, sikat gigi bambu, reusable menstrual pads, dan barang daur ulang lain.
Adapun pembelian kebutuhan sehari-hari di bulk store masih belum banyak dilakukan. Hanya ada 4 persen responden menyatakan sering belanja di bulk store dan 32 persen dengan intensitas jarang atau kadang-kadang. Adapun 64 persen responden menyatakan tidak pernah membeli di bulk store. Jumlah bulk store terbatas, harga yang belum kompetitif dan kekhawatiran akan kerepotan menjadi alasan dari minimnya jumlah orang belanja di bulk store.
Memperluas Jangkauan Gerakan Zero Waste
Jika kita terpaksa harus menggunakan produk sekali pakai, sebisa mungkin kita manfaatkan barang tersebut agar tidak menjadi sampah dan berakhir di TPA, insenerator atau bahkan sungai dan laut. Kita tentu tidak ingin jika di masa depan akan ada lebih banyak plastik di laut dibanding dengan ikan. Kita tidak mengharapkan hal semacam itu terjadi dan berdampak lebih buruk lagi untuk generasi mendatang.
Berdasarkan data dari NapoleonCat pada bulan Januari 2020, pengguna media sosial Instagram di Indonesia mencapai 62 juta orang dengan dominasi usia muda antara 18-34 tahun. Hal ini merupakan peluang kita untuk kampanye gaya hidup Zero Waste di kalangan anak muda, terutama melalui kanal sosial media. Belum lagi platform sosial media seperti tiktok yang saat ini digandrungi generasi Z. Praktik baik gaya hidup zero waste yang sudah sebagian diterapkan kalangan muda dapat ditransmisikan lebih luas lagi.
Mempraktikkan gaya hidup nol sampah merupakan bentuk dukungan dan apresiasi kita kepada alam yang telah memberikan banyak kebaikan. Dari gaya hidup individu, gerakan komunal hingga mendorong perubahan kebijakan. Kita harus yakin dengan masa depan generasi muda mendatang yang ramah lingkungan, bebas limbah dan tidak adanya eksploitasi alam dengan cara destruktif.
Profil Penulis
Penulis merupakan seorang pekerja sebuah kantor di Jakarta. Memiliki hobi membaca dan saat ini sedang menerapkan gaya hidup ramah lingkungan.