Sadar tidak sadar, kita hidup di tengah barang-barang sekali pakai, kemasan plastik, dan sampah yang terus menggunung dan tak dapat terurai. Bahkan, beberapa Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) saat ini dipaksa untuk tutup karena sudah melebihi kapasitas yang seharusnya. Sampah-sampah yang menggunung ini akhirnya mencemari lingkungan sekitarnya.
Untuk menjaga masa depan ekosistem, diperlukan perubahan besar, salah satu caranya menerapkan gaya hidup zero waste alias bebas sampah. Gaya hidup zero waste saat ini cukup populer di masyarakat.
Seiring dengan hal tersebut, inovasi produk untuk mendukung gaya hidup nol sampah pun semakin berkembang. Berbagai macam pilihan alternatif untuk mengurangi penumpukan sampah sudah tersedia. Tetapi, masih banyak masyarakat yang belum mengetahui dan terpapar informasi tersebut.
Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi para produsen dan penyedia produk minim sampah agar masyarakat mulai beralih menggunakan produk yang minim sampah, sehingga dapat membantu upaya pengurangan penumpukan sampah yang selama ini masih menjadi permasalahan bersama. Terlebih ada tuntutan dari pemerintah untuk mendukung upaya ekonomi sirkular yang mendukung pemasaran produk selokal mungkin, agar dapat membantu meminimalisir emisi karbon.
Lantas, bagaimana dan apa kunci sukses untuk memasarkan produk Zero Waste ke masyarakat sekitar?
Hepi Circle adalah salah satu e-commerce yang menawarkan solusi untuk belanja barang harian menggunakan sistem tukar kemasan. Visual & UI/UX Designer Hepi Circle Veronika mengatakan, awalnya Hepi Circle melakukan pendekatan kepada warung-warung kecil yang bisa menerapkan sistem refill agar lebih mudah dijangkau oleh masyarakat.
“Hepi Circle juga menerapkan sistem kupon poin. jadi untuk refill yang kedua kalinya konsumen akan dapat kupon point. Kalau komplementer berhadiahkan menarik ya buat ibu-ibu juga,” kata Veronika dalam Talkshow ZWBC : Kunci Sukses Memasarkan Produk Zero Waste ke Masyarakat Sekitar, beberapa waktu lalu.
Namun seiring berjalannya waktu, Veronika menjelaskan bahwa sistem refill tidak semudah yang dibayangkan. Sebab, jika warung tersebut ramai pengunjung, sang penjual pun akan mengalami kesulitan untuk melayani pelanggan satu persatu.
“Tapi akhirnya kita nemuin solusinya, ya seperti sistem tukar galon, kita sudah menyediakan barang yang mereka butuhkan, mereka tinggal tukar dengan botol atau wadah kosong yang mereka punya, begitu seterusnya,” ujarnya.
Sementara itu, pengalaman berbeda juga diungkapkan Owner Peony Ecohouse Dwi indriati. Dia menjelaskan bahwa tujuan utama berdirinya Peony Ecohouse lebih ke kepentingan sosial dan lingkungan. Oleh karenanya, hampir 80% produk lokal yang diambil dari sekitar Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Jawa Tengah.
“Untuk mendapatkan barang-barang ramah lingkungan kan banyaknya di pasar tradisional. Kebetulan ke pasar tradisional itu jauh ya dari rumah kita, akhirnya muncullah ide untuk mendirikan Peony House, sebuah refill store dimana pelanggan kita wajib untuk membawa wadah guna ulang dari rumah,” ujar perempuan yang akrab disapa Uwik dalam kesempatan yang sama.
Lebih lanjut, Uwik menjelaskan Peony Ecohouse juga menerapkan prinsip hemat kepada pelanggannya karena toko ini menjual barang per gram atau per mililiter yang artinya pelanggan dapat membeli sesuai kebutuhan saja dan tidak berlebihan. Tak hanya itu, untuk menarik minat pelanggan, Peony Ecohouse juga melakukan berbagai promosi melalui instagram dan twitter serta meningkatkan pembayaran yang kini dapat dilakukan menggunakan gopay dan ovo.
“Kami juga mengubah image mahal dari produk-produk organik atau Zero Waste menjadi barang yang murah, karena kami dapat (bahan) dari pabriknya langsung,” jelasnya.
Bukan hanya Hepi Circle dan Peony Ecohouse, inovasi terkait bisnis zero waste juga merambah ke sistem pengantaran produk sehari-hari dengan sistem isi ulang seperti Siklus Refill. Jika konsep Bulk Store memungkinkan masyarakat untuk datang langsung ke tokonya, Siklus Refill dapat langsung mengantarkannya ke rumah pembeli.
PR & Partnership Siklus Refill Brenda Cynthia mengatakan, saat ini Siklus Refill baru menyediakan layanan antar untuk isi ulang produk. Mereka mengantarkan pesanan konsumen ke daerah Jabodetabek tanpa dipungut biaya kirim sedikitpun dan tanpa minimum pembelian.
“Hal ini sesuai dengan tujuan kami, yaitu menjadikan produk kebutuhan sehari-hari dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat dengan mudah. Produk isi ulang kami antarkan ke alamat konsumen untuk memudahkan konsumen dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari,” ujar Brenda.
Brenda juga menjelaskan, konsumen bisa memesan produk isi ulang mereka melalui Aplikasi Siklus Refil yang ada di App store atau Google Playstore. Jika tidak bisa memesan lewat aplikasi, SIklus Refill juga membuka layanan melalui pesan WhatsApp ataupun Instagram.
“Setelah memesan, biasanya motoris (driver di Siklus) bakal dateng nganterin produk isi ulangnya ke rumah alamat si konsumen H+1, kita juga ada sistem grup buying, jadi belanjanya rame-rame. Biasanya ada satu tim Leader yang ngumpulin orderan. Nah nanti admin bakal nganterin produk-produknya sekaligus. Ibu-ibu ini bisa saling ketemu saat admin mengantar barang,” jelasnya.
Secara garis besar, Silkus Refill membagi produk yang mereka menjadi 3 kategori, yaitu personal care yang terdiri dari sabun, sampo, dan hand sanitizer untuk kebutuhan perseorangan. Kedua, kategori home cleaning product, yang terdiri dari sabun pel, deterjen cair maupun bubuk, pelicin pakaian, pewangi pakaian, dan sabun cuci piring. Terakhir, kategori dapur, yang mana saat ini terdiri dari minyak goreng. Siklus Refill saat ini juga sedang menjalankan pilot project dengan Nestle Indonesia, yang mana produk Milo, Koko Krunch, dan Dancow disediakan dalam bentuk isi ulang.
“Selain menjalin hubungan yang erat kepada konsumen, Siklus juga memberikan berbagai promo menarik. Meski sudah terbilang murah daripada harga di retail-retail ritel tradisional,” pungkasnya. (kia)