Bandung (8 Juli 2019). Perwakilan lembaga dari delapan kota dan kabupaten mengaku siap melaksanakan program zero waste di daerah dampingannya masing-masing setelah mengikuti kegiatan Zero Waste Academy. Kota kabupaten tersebut adalah Denpasar, Gresik, Surabaya, Medan, Kepulauan Seribu, Cimahi, Bandung, dan Kabupaten Bandung.
Dari Bali, I Made Murah, S.Sos.MAP (Staf UPTD Pengelolaan Sampah, Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Denpasar) menyatakan bahwa DLHK Kota Denpasar sangat mendukung program Zero Waste Cities karena TPA di kota Denpasar sudah kelebihan beban. Untuk mengatasinya, DLHK telah menunjuk Banjar Tohpati sebagai pilot project dan disana masyarakat akan diajak untuk memilah dari rumah. Anggaran untuk sarana dan prasarana telah disiapkan juga untuk program ini.
Pernyataan DLHK Denpasar tersebut didukung pernyataan dari perwakilan Gringgo Bali, Ni Kadek Septiari (Community Engagement Officer), bahwa telah ada beberapa aturan pemerintah yang mendukung pelaksanaan program dan di Bali bisa masuk juga lewat aturan (awig-awig) di Desa Adat.
“Pengelolaan sampah dari kawasan menurut saya tidak bisa ditawar lagi mengingat sampah semakin banyak dan sudah merusak ekosistem. Kami dari PPLH Bali sangat siap menjalankan di Denpasar dan LSM cukup kuat termasuk desa dan kepala dusun. Sarana dan prasarana tidak menjadi kendala”, menurut Catur Yudha Hariani, Direktur PPLH Bali.
Menambahkan pernyataan perwakilan dari Bali, Fajar Lukman Hakim (GIS and Community Development Officer, Gringgo) berkata bahwa kondisi dan data profil desa pilotnya sudah ada. Namun perlu dimatangkan lagi petugas lapangan untuk melakukan edukasi.
Perwakilan dari Gresik mengenai kesiapannya menjalankan program Zero Waste Cities dilontarkan oleh Tonis Afrianto Kesekretariatan Ecoton, bahwa selama ini masyarakat membuang sampah secara tercampur dari rumah dan dipilah secara terpusat di TPS 3R. “Melalui program Zero Waste Cities kami akan berupaya untuk mengajak masyarakat untuk memilah sampah sumbernya.”.
Pernyataan tersebut didukung oleh Bagus Ahmad Syihabul Millah, Kasie Pengelolaan Sampah Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Gresik, yang menyatakan bahwa infrastruktur sampah telah tersedia di desa Wringin Anom mulai dari TPS 3R, petugas kebersihan dan iuran kebersihan. Di desa tersebut juga telah tersedia Perdes yang dapat mendukung pelaksanaan pengelolaan sampah dari kawasan.
Perwakilan dari Medan, Dana Prima Tarigan, Direktur Eksekutif Walhi Sumut, menyatakan bahwa untuk program Zero Waste Cities, banyak potensi tenaga dari relawan (NGO) yang sudah bersedia mendukung program pengelolaan sampah dari kawasan. Namun dibutuhkan ‘jendral’ yang dapat menjadi leader dari program ini dan sebaiknya walikota.
Menurut Muhammad Yamin Daulay SE, Staf Bidang Operasional Sampah Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Kota Medan untuk memulai program Zero Waste Cities, perlu dicari kawasan yang lebih siap untuk menerima sebagai percontohan pengelolaan sampah dari kawasan.
Selain mengikuti praktek tahapan-tahapan dalam program Zero Waste Cities, peserta juga akan bertemu dengan Walikota Bandung, Oded Muhammad Danial, hari Senin 8 Juli 2019 di Balai Kota Bandung pukul 13:00 WIB. Pertemuan tersebut bertujuan untuk memperlihatkan pentingnya kerjasama dan dukungan pemerintah kota untuk menjalankan program Zero Waste Cities. Di Bandung program ini dikenal dengan Program Kang Pisman atau Kawasan Bebas Sampah (KBS).
Tentang Zero Waste Academy dan Program Zero Waste Cities
Bandung menjadi kota keempat yang menyelenggarakan Zero Waste Academy. Kegiatan serupa sudah dilaksanakan sebelumnya di Filipina dan Vietnam. Zero Waste Academy kali ini merupakan kerjasama GAIA (Global Alliance and Incinerator Alternatives) dan YPBB, didanai oleh USAID. Kegiatan ini berisi penjelasan dan praktek langsung mengenai tahapan-tahapan dalam program Zero Waste Cities. Rangkaian kegiatan Zero Waste Academy berlangsung dari tanggal 29 Juni – 9 Juli 2019 di Kota Bandung dan Cimahi.
Lembaga-lembaga yang menjadi peserta rangkaian kegiatan Zero Waste Academy adalah Ecoton (Gresik), PPLH (Pusat Pendidikan Lingkungan Hidup) Bali, Walhi Sumatera Utara (Medan), Divers Clean Action (Kepulauan Seribu), Walhi Jawa Timur (Surabaya), dan Gringgo (Bali). Serta perwakilan dinas yang terkait pengelolaan sampah dari kota kabupaten di atas.
Zero Waste Cities adalah program pengembangan model pengelolaan sampah berwawasan lingkungan, berkelanjutan, dan terdesentralisasi di kawasan pemukiman. Program Zero Waste Cities diinisiasi oleh Mother Earth Foundation di Filipina. YPBB telah mereplikasi dan menyesuaikan dengan kondisi di wilayah masing-masing sejak tahun 2017 di tiga kota, yaitu Kota Bandung, Kota Cimahi, dan Kabupaten Bandung. Tahun 2019 program Zero Waste Cities akan menambah lingkup kotanya ke Denpasar, dan Surabaya yang akan dijalankan oleh Pusat Pendidikan Lingkungan Hidup (PPLH) serta Ecological Observation and Wetlands Conservation (Ecoton).
Program ini bertujuan untuk mengurangi beban pengelolaan sampah di tingkat Kota/ Kabupaten. Bila diterapkan dalam skala luas, dengan dukungan penuh dari Pemerintah Kota/ Kabupaten, program ini diharapkan dapat membantu Kota/Kabupaten dalam mencapai target pengurangan sampah yang diamanatkan dalam Kebijakan Strategis Pengelolaan Sampah Nasional tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga.
YPBB adalah organisasi non-profit profesional berlokasi di Kota Bandung yang konsisten dalam mempromosikan dan mempraktekkan pola hidup selaras alam untuk mencapai kualitas hidup yang baik dan berkelanjutan bagi masyarakat.