Press Release
Banyaknya sampah plastik memberikan tekanan pada kesehatan lingkungan terutama bisa menghadirkan remahan plastik yang dinamakan Mikroplastik. Mikroplastik merupakan partikel plastik yang berukuran 100 nm sampai dengan 5 mm. Kontaminasi mikroplastik telah menjadi tantangan global termasuk di Indonesia akibat dari pengelolaan sampah plastik yang tidak tepat serta peningkatan jumlah sampah plastik yang terus meningkat. Bahkan manusia berpotensi menelan 5 gram mikroplastik setiap minggunya. Salah satu jalur masuk mikroplastik ke tubuh manusia adalah melalui udara. Daur hidup (Lifecycle) mikroplastik di udara yang berasal dari sumber-sumbernya akan masuk dan terus tetap dalam siklus hidrologi bahkan bisa memindahkan mikroplastik melalui awan sehingga diturunkan lewat hujan ke wilayah yang belum terjamah oleh aktivitas manusia sekalipun. Seperti pada studi terkini yang berjudul High Abundances of Microplastic Pollution in Deep-Sea Sediments: Evidence from Antarctica and the Southern Ocean menemukan keberadaan mikroplastik pada wilayah antartika sebanyak 22 partikel/L.
Pada Juli – September 2021 ECOTON melaporkan bahwa udara 5 Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur mengandung mikroplastik yakni Surabaya, Gresik, Mojokerto, Sidoarjo dan Jombang. Rat-rata kandungan mikroplastik di Surabaya sebanyak 13.86 partikel/2jam, Gresik 26.21 partikel/2jam, Mojokerto 11.45 partikel/2jam, Sidoarjo 218 partikel/2jam dan Jombang 16 partikel/2jam. Sumber pencemaran mikroplastik yang diidentifikasi berasal dari pengelolaan sampah plastik yang salah seperti dibakar di incenerator, tungku terbuka hingga di lahan terbuka. Selain itu, asap dari industri terutama industri recycle plastik turut andil memperparah banyaknya mikroplastik di udara. Tidak hanya itu saja, baju yang berbahan serat sintetis juga menjadi penyumbang mikroplastik bahkan di tempat umum sekalipun Adapun rata-rata mikroplastik yang terkandung di Tempat Publik sebanyak 14.04 partikel/2jam, Incenerator 10.5 partikel/2jam, Industri 225.33 partikel/2jam, Tungku Terbuka 12.5 partikel/2jam dan Pembakaran terbuka 30 partikel/2jam. Jenis mikroplastik yang didapatkan ada 3 jenis yakni 76% fiber, 17% filamen, dan 7% fragmen. Fiber merupakan jenis paling dominan yang biasanya berasal dari serat baju, pembakaran sampah medis seperti masker, atau bisa juga dari pembakaran sampah kain, popok dan pembalut.
Mikroplastik yang tersebar di udara dapat terhirup dan masuk ke sistem pernafasan seperti yang telah dilaporkan baru –baru ini, dimana mikroplastik teridentifikasi di 11 paru-paru manusia sebanyak 39 partikel. Selain mikroplastik, zat-zat yang terkandung didalamnya akan terlepas ke lingkungan seperti:
- BPA dan Phthalate berpotensi memicu kanker payudara, pubertas dini, diabetes, obesitas dan gangguan autisme
- Senyawa Pengganggu Hormon memicu gangguan kehamilan, gangguan tiroid, berat lahir kurang, asma dan kanker prostat
- Senyawa Penghambat Nyala memicu penurunan IQ, gangguan hormon dan penurunan kesuburan
- Senyawa Perflourinasi memicu kanker ginjal dan testis, menaikkan kolesterol, penurunan respon imun pada anak
Maka untuk mengurangi adanya kontaminasi mikroplastik di udara kami mendesak:
- Pemerintah : menerapkan kebijakan pengurangan penggunaaan plastik sekali pakai di wilayahnya, mengawasi industri pencemar mikroplastik, tidak memperbanyak false solution technology seperti tungku terbuka di TPS melainkan lebih banyak untuk bisa membangun TPS3R, tidak menggunakan incinerator.
- Industri : mengurangi produksi berbahan plastik dan menggunakan filter membrane pada corong asap untuk mengurangi kontaminasi partikel mikroplastik di udara.
- Masyarakat : mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, lebih bijak memilih bahan yang ramah lingkungan seperti baju yang tidak berbahan serat sintetis dan tidak membakar sampah plastik
Narahubung:
0852-1580-9537 (Kia – Public Relation Aliansi Zero Waste Indonesia)