Setelah viral dengan roti berbahan pengawet kosmetik, beberapa jajanan ini memiliki kandungan bahan plastik bahkan sering di konsumsi masyarakat terutama anak-anak sekolah. Jajanan merupakan bagian integral dari kuliner Indonesia yang kaya dan beragam yang saat ini banyak mengalami berkembangan. Tidak hanya dari segi rasa dan penampilan, tetapi dari sisi kemasan pun ikut menjadi pertimbangan produsen agar tampil menarik sehingga dapat memikat konsumen. Seringkali kita temui kemasan yang menarik tetapi proporsi tidak sesuai ekspektasi kita. Misalnya kemasan besar dengan berbagai gambar menarik tetapi justru isi jajanan tidak sampai setengah dari bungkus. Fenomena tersebut banyak ditemukan pada beberapa jajanan di warung-warung kelontong ataupun dari tenongan (penjual beragam jajanan pasar dan snack-snack).
Keragaman jajanan yang dikonsumsi anak-anak dapat mengungkapkan bagaimana kuliner ini memengaruhi perkembangan selera, perilaku konsumsi, serta aspek kesehatan dan gizi. Akan tetapi, apakah kalian tahu bahwa tidak hanya kandungan gizi yang masuk kedalam tubuh setelah menyantap jajanan itu. Bahkan pada beberapa jajanan, kandungan plastik pun ikut terkonsumsi kedalam tubuh dan tidak bisa terurai oleh saluran pencernaan. Kandungan plastik yang sangat kecil tersebut familiar dengan sebutan mikroplastik. Mikroplastik ini berukuran kurang dari 5 mm.
Riset yang pernah dilakukan oleh Ecoton tahun 2018 hingga 2022 memaparkan fakta bahwa mikroplastik tidak hanya ditemukan dalam tubuh hewan tetapi juga pada feses manusia. Melalui riset tersebut ditemukan pada 10 gram feses manusia ditemukan 2 sampai 15 partikel mikroplastik per milimeter. Pada ikan dan beragam olahannya juga ditemukan kandungan mikroplastik yang hanya dapat dilihat dari mikroskop.
Mikroplastik ini berada di lingkungan seperti air laut, air tawar, dan riset terbaru Gita Pertiwi terhadap jajanan sekolah membeberkan fakta bahwa jajanan yang dikonsumsi anak sekolah mengandung mikroplastik. Hal tersebut tak lepas dari penggunaan berbagai jenis plastik sebagai bungkus jajana-jajanan di kantin sekolah. Jenis-jenis plastik yang ditemukan di jajanan anak sekolah mulai dari botol plastik, sedotan plastik, stereofoam, bungkus plastik bening, sachet, kertas minyak, mika, dan gelas plastik.
Hasil riset menunjukan paling banyak ditemukan adalah jajanan dengan kemasan kertas minyak yang presentasenya mencapai 22%, diikuti oleh bungkus plastik bening dengan presentase 19% dari total sampah sekolah. Sampel yang diambil di beberapa Sekolah (SD/MI dan SMP) di Solo Raya tersebut didapatkan total timbunan sampah sebanyak 277,85 kilogram.
Pada riset ini ditemukan beberapa jenis mikroplastik yaitu fiber, film/filamen, fragmen, dan foam. Fiber merupakan degradasi sampah kain yang tercecer di lingkungan dan degradasi produk plastik akibat pelapukan. Lalu untuk filamen sendiri merupakan degradasi plastik tipis dan lentur misalnya kantong plastik (kresek), botol minum plastik, lebel kemasan, bungkus makanan dan minuman single layer. Berbeda fragmen yang merupakan pecahan atau degradasi plastik tebal dan kaku misalnya kemasan multilayer dan plastik berbahan kerass, meliputi kemasan schet, tutup botol minum, botol sampo dan plastik keras lain. Sedangkan foam merupakan pecahan sampah plastik dengan struktur foam (berbusa), misalnya dari Styrofoam atau plastik lain meliputi poliestirena (PS), polietilena (PE), atau polivinil (PVS).
Riset yang dilakukan oleh Gita Pertiwi dengan Ecoton pada tahun 2024 ini menunjukan pada jajanan ditemukan beberapa jenis mikroplastik. Terdapat 3 jenis jajanan yang menjadi sample dalam riset ini berupa risol (bungkus plastik bening), nasi goreng (bungkus kertas minyak), dan roti kemasan (bungkus single layer). Dari ketiga jajanan tersebut terdapat dua jenis mirkoplastik yang paling banyak menempel di sample jajanan sekolah yaitu dari fiber dan fragmen.
Jenis fiber ditemukan pada sampel risoles dengan jumlah 2 mikroplastik yang menempel. Sedangkan jenis fragmen ditemukan pada semua sampel. Untuk jumlah jenis fragmen tersebut pada sampel nasi goreng ditemukan 3 mikroplastik, risoles ditemukan 3 mikroplastik, dan roti kemasan ditemukan 1 mikroplastik. Ukurannya pun sangat kecil tak kasat mata, dimana paling kecil berukuran 17 µm dan yang tersbesar 465 µm.
Keberadaan mikroplastik pada makanan tersebut nyatanya berbahaya bagi kesehatan manusia terutama untuk anak-anak sekolah yang masih membutuhkan gizi baik, tetapi karena kemasan terbungkus plastik mengakibatkan mereka harus menanggung beban untuk masa depan mereka. Hal tersebut dikarenakan dampak dari mikroplastik bagi tubuh yang memiliki efek buruk jangka panjang. Menurut penjelasan pada artikel Halodoc.com yang telah ditinjau oleh Dr. Rizal Fadli, Dalam paparan tingkat tinggi, pertumbuhan sel kanker, reaksi alergi, kerusakan sel, gangguan metabolisme, dan gangguan hormon jadi bahaya mikroplastik bagi kesehatan.
Walaupun proses plastik menjadi mikroplastik memerlukan waktu yang sangat lama, dengan menjamurnya keberadaan kemasan yang menggunakan plastik sekali pakai tidak heran lagi si kecil berbahaya ini mudah masuk dalam tubuh manusia. Umumnya melalui jajanan yang banyak dibungkus dengan plastik-plastik sekali pakai.
Di Kota Solo sendiri komposisi sampah plastik mencapai 22.73% dan menjadi produksi terbesar kedua dari jenis sampah lainnya. Riset yang pernah dilakukan oleh Gita Pertiwi terkait dengan penggunaan kantong plastik sekali pakai juga pernah dilakukan disejumlah pasar di Kota Solo. Hasil riset menunjukan dari 5 pasar yang berbeda, hasil akumulatifnya adalah 22.260 buah PSP setiap harinya. Dari 5 pasar tersebut rata-rata per-hari setiap pedagang Pasar Jebres menggunakan kantong plastik 83 buah, Pasar Nongko 66 buah, pedagang Pasar Gading 29 buah, pedagang Pasar Purwosari 22 buah, dan Pasar Singosaren 12 buah.
Hal tersebut juga dikhawatirkan terjadinya kontak makanan dengan kantong plastik sehingga mikroplastik menempel pada makanan tersebut. Karena ukurannya yang kecil, tubuh manusia dapat terpapar mikroplastik yang dapat terjadi melalui pernafasan, konsumsi makanan atau minuman, dan penyerapan pada kulit.
Sebagai pencegahan untuk mengurangi paparan mikroplastik kepada anak sekolah Gita Pertiwi memberikan rekomendasi dalam beberapa hal. Hal yang dapat dilakukan seperti membawa wadah guna ulang sendiri dari rumah dengan memperhatikan bahan dari wadah tersebut, bijak dalam menggunakan kemasan yang dijajakan seperti menggunakan daun pisang, menghindari pengemasan dan penyimpanan makanan dalam kondisi panas dan terpapar sinar matahari secara langsung, memperhatikan jajanan yang dijual di kantin sekolah, Memastikan proses produksi bersih dan steril untuk menghindari kontaminasi mikroplastik yang dapat berasal dari pecahan kain/lap yang digunakan saat proses pengolahan makanan, dan membuat kebijakan dalam mengontrol penggunaan kemasan plastik pada jajanan yang dikonsumsi anak. (Gita Pertiwi)