Siaran Pers Aliansi Zero Waste Indonesia (AZWI)
Untuk dirilis segera
Jakarta, 23 Februari 2025 – Memperingati Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) 2025, Aliansi Zero Waste Indonesia (AZWI) beserta anggotanya mengajak para jurnalis untuk mengikuti Media Tour 4.0 bertema “Dari Air ke Rantai Makanan: Mengungkap Ancaman Mikroplastik di Sekitar Kita” pada Sabtu, 22 Februari 2025 lalu. Agenda utama dari tur ini adalah pengujian sampel mikroplastik di tiga pulau terdekat dari Jakarta, yakni Pulau Untung Jawa, Pulau Onrust, dan Pulau Cipir.
Hasil uji terhadap sampel yang dikumpulkan dari ketiga pulau tersebut menunjukkan fakta mencengangkan: seluruh sampel yang diuji positif mengandung serpihan mikroplastik. Mikroplastik tidak hanya ditemukan di perairan sekitar pulau, tetapi juga di permukaan daun tanaman hingga swab kulit masyarakat setempat.
Untung Jawa | Onrust | Cipir | |
Air | Air Permukaan : 72 partikel/10 liter | Air Permukaan: 35 partikel/10 liter | Air Permukaan: 44 partikel/10 liter |
Swab Kulit | Petugas TPS 1 : 68 partikelSwab Kulit Petugas TPS 2 : 30 partikel Swab Kulit Warga : 21 partikel | Swab Kulit Warga: 19 partikel | Swab Kulit Warga: 25 partikel |
Daun | Swab Permukaan Daun : 13 partikel | Swab Permukaan Daun: 7 partikel | Swab Permukaan Daun: 17 partikel |
Kepala Laboratorium Ecoton, Rafika Aprilianti menyebutkan hasil temuan mikroplastik di air, daun, dan swab kulit tangan masyarakat lokal di Kepulauan Seribu, yang mencakup Pulau Cipir, Untung Jawa, dan Onrust, menunjukkan bahwa pencemaran plastik telah menyebar luas hingga ke lingkungan pesisir dan kehidupan manusia.
“Ditemukannya mikroplastik dalam bentuk fiber dari kain, film dari plastik tipis lentur, fragmen dari plastik keras, serta foam dari styrofoam dan busa sintetis mengindikasikan berbagai sumber pencemaran, baik dari limbah domestik, aktivitas wisata, maupun pembakaran sampah. Fakta bahwa mikroplastik menempel pada kulit manusia menjadi bukti bahwa paparan terhadap polutan ini tidak hanya terjadi melalui makanan dan minuman, tetapi juga melalui kontak langsung dengan lingkungan,” ujarnya.

Keberadaan mikroplastik di ekosistem, pesisir, kata Rafika, berisiko bagi kesehatan masyarakat dan kehidupan laut karena partikel-partikel kecil ini dapat masuk ke dalam rantai makanan dan berpotensi membawa bahan kimia berbahaya.
“Temuan ini menjadi alarm bahwa pengelolaan sampah yang lebih baik serta pengurangan penggunaan plastik sekali pakai sangat diperlukan untuk melindungi lingkungan dan kesehatan manusia,” tambahnya.
Senada dengan data yang ditemukan oleh Aliansi Zero Waste Indonesia (AZWI), data yang dihimpun oleh Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta juga menyebutkan terdapat peningkatan jumlah mikroplastik di perairan Jakarta di setiap tahunnya.
“Pemantauan kelimpahan mikroplastik ini kami lakukan sejak 2022, berdasarkan KepGub Provinsi DKI Jakarta No 322 tahun 2022. Penelitian ini dilakukan di dua musim, musim kemarau dan musim hujan, dan terlihat memang ada peningkatan jumlah mikroplastik di tiap tahunnya,” papar Rahmawati, Kepala Sub Kelompok Pemantauan Kualitas Lingkungan DLH DKI Jakarta dalam sesi diskusi bersama AZWI, Sabtu lalu.


Sementara itu, Manajer Divisi Edukasi Ecoton, Alaika Rahmatullah menegaskan bahwa hingga kini, Indonesia belum memiliki baku mutu mikroplastik, padahal partikel ini telah ditemukan di seluruh komponen ekosistem. Tanpa regulasi yang jelas, risiko pencemaran dan paparan mikroplastik akan terus meningkat.
“Kami mendesak pemerintah, industri, dan masyarakat untuk segera bertindak. Upaya mitigasi yang dapat dilakukan diantaranya pemerintah harus mempercepat penerapan kebijakan pengurangan plastik dan memperluas larangan plastik sekali pakai, merancang kebijakan transisi ke sistem kemasan guna ulang sebagai solusi berkelanjutan,” jelasnya.

Tak hanya menyinggung soal pentingnya kebijakan transisi yang mengutamakan guna ulang, Alaika juga mengatakan bahwa pemerintah perlu memperbaiki sistem pengelolaan sampah berbasis pemilahan untuk mengurangi pencemaran plastik.
“Produsen (juga) harus mendesain kemasan untuk mengurangi plastik sekali pakai dan menerapkan Extended Producer Responsibility (EPR). Masyarakat harus mengurangi penggunaan plastik dan beralih menggunakan material yang aman dan dapat digunakan kembali,” tegas Alaika dalam diskusi yang berlangsung, Sabtu lalu.
Sebagai informasi, baru-baru ini penelitian dari Cornell University menyebutkan Indonesia menjadi negara dengan konsumsi mikroplastik tertinggi per kapita di dunia, dengan rata-rata masyarakatnya mengonsumsi sekitar 15 gram mikroplastik setiap bulan. Sebagian besar mikroplastik ini berasal dari air, termasuk makanan laut, yang menandakan bahwa pencemaran plastik telah mencapai tingkat yang mengkhawatirkan.
Melalui Media Tour 4.0, AZWI berharap dapat meningkatkan kesadaran publik serta mendorong pemerintah dan produsen untuk mengambil tindakan nyata dalam mengatasi krisis mikroplastik di Indonesia. Upaya pengurangan plastik sekali pakai, perbaikan tata kelola sampah, serta regulasi yang lebih ketat terhadap penggunaan plastik perlu menjadi prioritas bersama.

— SELESAI –
Narahubung:
Kia , Comms Officer AZWI | kia@aliansizerowaste.id | 0852 1580 9537
Dokumentasi selama Media Tour dapat diakses disini
Tentang Aliansi Zero Waste Indonesia (AZWI)
Organisasi yang terdiri dari YPBB, Dietplastik Indonesia, Nexus3 Foundation, PPLH Bali, ECOTON, Nol Sampah Surabaya, Greenpeace Indonesia, Gita Pertiwi dan WALHI. AZWI mengkampanyekan implementasi konsep Zero Waste yang benar melalui berbagai kegiatan, program, dan inisiatif yang sudah ada untuk diterapkan dengan mempertimbangkan hirarki pengelolaan sampah, dan siklus hidup material.