Terbengkalainya mesin pengelolaan incinerator sampah di Sukolilo Surabaya sejak tahun 1998, tidak hanya merugikan Pemerintah kota (Pemkot) Surabaya yang mencapai miliaran rupiah. Tetapi mesin yang didatangkan dari Prancis oleh Direktur PT Unicomindo Perdana, Jacob Hendrawan, juga tidak bisa dipakai dan kini pun menjadi ‘rumah hantu’. Mesin utamanya mangkrak, dan ada yang sudah hilang. Bahkan warga sekitar Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Keputih Sukolilo, Surabaya juga merasa terusik dengan mesin pengelolaan limbah sampah.
Tampak luar, bangunan penyimpan mesin incinerator ini berada disisi timur lahan sampah. Tepatnya didekat lokasi pembuangan tinja. Gudang lebar ini diperkirakan berukuran 500 meter persegi lebih. Saat Surabaya Pagi melihat lokasi incinerator sampah seharga Rp 33 Miliar ini, dari luar sangat sepi. Hanya ada penjaga sekitar dua orang.
Meski pintu tertutup asbes seng, tampak dari dalam kalau kondisi mesin pengelola limbah sampah ini sudah jadi besi tua. Bahkan dari pengamatan Surabaya Pagi, ada bekas cerobong asap yang sudah tak ada. Bahkan sisa tumpukan limbah sampah yang hendak diolah menumpuk. Terlihat kalau saat pembelian awal 1998 hanya dipakai sebentar.
Hal ini dikuatkan oleh warga Keputih gang III, yang bersebelahan langsung dengan lokasi gudang incinerator sampah milik Jacob Hendrawan itu. “Seingat saya, awal pertama kali mesin datang dulu, aktivitas Cuma sebentar. Tak sampai setahun. Abis gitu benar-benar ditutup. Apa gak rugi pemkot itu beli mesin baru itu dulu,” ujar Arif, kepada Surabaya Pagi.
Sejak kedatangan mesin itu, dan dibangun tempat pengelolaan limbah, tambah Arif, banyak sekali sampah yang ditumpuk. “Sampah menumpuk, tapi kabar dari satpam yang menjaga gudang saat itu, kalau hasil pengelolaannya sedikit. Dikomplain pak Narto. Iyaah, walikota saat itu masih pak Narto. Tapi gak tau kondisinya dibiarkan begitu aja,” ingat Arif.