Penulis: Khoirur Roziqin
Dewasa ini, permasalahan sampah plastik menjadi isu yang sedang ramai diperbincangkan dan didiskusikan bersama. Permasalahan sampah plastik ini menyangkut kehidupan seluruh makhluk hidup di masa sekarang dan nasib generasi mendatang. Melihat dampak buruk dari sampah plastik yang menjadi salah satu dari masalah utama kerusakan lingkungan di bumi. Maka sudah saatnya kita bersegera mengubah gaya hidup menjadi lebih ramah lingkungan minim sampah (Zero Waste Lifestyle). Gaya hidup zero waste dengan praktik keseharian menghindari kemasan plastik sekali pakai, pemilahan sampah, hingga pemanfaatan sampah organik menjadi kompos memang bukan hal mudah untuk diterapkan. Namun melalui pembiasaan dalam perilaku keseharian penerapan gaya hidup zero waste akan mudah dijalankan.
Telah banyak kita dengar beragam komunitas secara rutin menggelar kegiatan karikatif seperti bersih pantai, sungai dan gunung. Kegiatan bersih sampai di kawasan ekosistem tersebut merupakan inisiatif yang baik. Namun tindakan semacam beach cleaning yang menjamur di kalangan komunitas peduli sampah dan lingkungan tersebut bersifat kuratif yang sesungguhnya tidak menyelesaikan akar masalah pencemaran sampah. Perlu ada tindakan preventif, khususnya di kalangan masyarakat sebagai konsumen dari barang dan jasa yang potensial menjadi sumber penghasil sampah terutama plastik. Upaya pencegahan di level konsumen bisa jadi langkah strategis mengurangi timbulan sampah plastik secara signifikan. Selain itu, kesadaran konsumen untuk mulai meninggalkan produk seperti sedotan dan kantong plastik sekali pakai dapat menekan pemerintah, khususnya di level daerah untuk mengeluarkan kebijakan pelarangan beberapa jenis produk plastik yang menjadi pencemar utama lingkungan.
Adagium ‘mencegah lebih baik daripada mengobati’ yang sering dipakai pada konteks kesehatan sesungguhnya bisa diterapkan juga dalam konteks urgensi gaya hidup zero waste. Timbulan sampah yang menjadi masalah lingkungan selama ini lebih banyak ‘diobati’ seperti dengan bank sampah, ecobrick, hingga kegiatan bersih sampah. Namun langkah mencegah timbulan sampah terutama plastik bisa diminimalisasi belum masif. Secara perlahan dan berangsur kampanye minimalisasi sampah mulai dapat diterima terutama di kalangan anak muda dan kelas menengah perkotaan.
Gaya hidup zero waste secara perlahan menjadi trend yang berimplikasi positif bagi lingkungan hidup. Kesadaran dalam perilaku seperti dengan membawa kantong belanja sendiri hingga wadah makan dan minum cukup berdampak pada pengurangan kantong plastik sekali pakai. Kebiasaan membawa botol minum guna ulang menggantikan botol air mineral sekali pakai. Botol air mineral berdasarkan penelitian tidak direkomendasikan dipakai berulang karena mengandung bahan BPA (bisphenol-A). Kandungan BPA dalam botol plastik berbahaya bagi kesehatan tubuh.
Penggunaan sedotan dari bahan bambu atau stainless steel kini mulai diterapkan oleh pelaku usaha sebagai jawaban atas keresahan konsumen. Perubahan perilaku konsumen secara perlahan ternyata berdampak signifikan menekan sektor usaha untuk membuat perubahan. Memulai dengan langkah kecil dalam menjaga dan melestarikan lingkungan hidup dan pada akhirnya akan berdampak besar untuk bumi ini. Hal besar dimulai dari hal-hal kecil yang konsisten dilakukan.Gaya hidup Zero Waste tidak hanya bermanfaat untuk lingkungan hidup, tetapi juga berkontribusi menghemat pengeluaran keuangan. Gaya hidup ramah lingkungan mendorong efisiensi anggaran melalui pengurangan konsumsi. Kebiasaan membawa botol air minum mengurangi pembelian air mineral kemasan. Alokasi untuk pembelian botol air kemasan harian dapat dipergunakan untuk menabung atau kebutuhan lain. Gaya hidup zero waste ramah lingkungan dan ramah kantong.
Perlu diketahui bahwasanya masyarakat Indonesia tanpa disadari sejak dulu sudah menerapkan Zero Waste, tetapi karena efek negatif kapitalisme global membuat masyarakat Indonesia sekarang ini lupa akan identitasnya, secara tanpa disadari telah meninggalkan budaya leluhur yang itu sangat baik. Pada zaman nenek moyang dulu, untuk menghormati tamu, dibuatkan teh atau kopi dalam teko dan disediakan pula gelas kecil kaca untuk menuangkan teh atau kopi. sedangkan, sekarang ini dengan alasan praktis dan tidak repot. Masyarakat Indonesia membeli air minum dalam kemasan.
Penerapan gaya hidup zero waste telah dipraktekkan oleh leluhur nusantara. Dahulu penyajian makanan memanfaatkan daun seperti daun pisang dan jati. Kebutuhan air minum didapatkan dari proses memasak air. Tamu akan disuguhkan minuman seperti teh dan kopi, bukan air mineral kemasan. Perkembangan zaman kita akui membawa dampak baik sekaligus buruk. Keinginan untuk menghindari kerepotan seperti mencuci wadah makan dan minum membuat penggunaan plastik meningkat drastis. Kembali pada kearifan lokal dalam upaya menerapkan gaya hidup zero waste bukan sebuah kemunduran. Hal tersebut justru langkah maju untuk turut serta menyelamatkan lingkungan hidup.
Momentum Idul Adha mendatang bisa kita jadikan sebagai langkah awal untuk kembali pada kearifan lokal dalam upaya minimalisasi sampah terutama plastik. Pembagian daging kurban dengan tas kresek bisa kita ganti dengan besek atau daun. Jika langkah ini diterapkan secara masif di seluruh masjid, maka akan berdampak sangat signifikan. Tradisi leluhur nusantara dan ajaran semua agama menganjurkan pelestarian lingkungan. Dalam ajaran Islam anjuran untuk menjaga lingkungan dan mencegah kerusakan alam dari tangan manusia tertuang dalam Al Qur’an secara khusus. Substansi gaya hidup zero waste telah diwariskan leluhur dan menjadi bagian ajaran agama. Maka saatnya kita go for zero waste!
Profil Penulis Anak muda kelahiran Kediri. Meminati kajian Islam dan lingkungan hidup. Bisa disapa di nomor telepon seluler 08563121229. Akun Instagram @Khoirurroziqin61