29 September 2020 – Seri webinar virtual Ban the Big 5 oleh Aliansi Zero Waste Indonesia (AZWI) kembali digelar di penghujung bulan September ini bagi Sekolah Menengah Pertama (SMP). Tiga anggota AZWI yaitu Komunitas Nol Sampah Surabaya, Nexus3 Foundation, dan PPLH mengangkat tema “Adaptasi SMP untuk Merdeka dari Plastik Sekali Pakai” untuk menggali lebih dalam cerita sukses warga SMP. Narasumber kali ini dihadiri oleh Tati Nurtati (SMPN 68 Jakarta), Nur Iswati (SMPI Sabilillah Malang), Rama Gerald Jade (SMP PGRI 3 Denpasar), Dyan Prasetyangningtyas (DLH Kota Surabaya), dan Hermawan Some (Komunitas Nol Sampah).
Bahaya nyata sampah plastik
Salah satu alasan sekolah untuk melakukan kebijakan pengurangan sampah plastik adalah karena dampak nyata dari sampah plastik di lingkungan termasuk di sekolah. Rama merasakan sendiri bagaimana pantai-pantai di pulau Bali menjadi tercemar akibat sampah plastik. Selain itu, masyarakat umum belum sepenuhnya memahami dampak kesehatan apabila sampah plastik dibakar. Oleh karena itu, menjadi alasan pentingnya mengedukasi warga sekolah sehingga akan lebih bertanggung jawab untuk mengurangi plastik sekali pakai. Hermawan berbagi pengalamannya dalam mengkampanyekan plastik bahwa salah satu pintu masuk untuk mengenalkan bahaya sampah plastik kepada anak-anak adalah dengan menunjukkan foto-foto binatang yang terjerat plastik atau laut yang tercemar sampah plastik. Dengan demikian akan lebih mudah memberikan pemahaman kepada anak-anak akan bahaya sampah plastik.
Lebih lanjut Hermawan menceritakan bagaimana sungai-sungai di pulau Jawa sebagai penyumbang sampah plastik di laut dan banyak sekali satwa yang terjerat oleh plastik. Berbagai penelitian juga telah memperlihatkan bahwa banyak mikroplastik yang ditemukan di perairan Indonesia pada akhirnya berdampak pada kesehatan manusia.
Program untuk mendukung pengurangan plastik di sekolah
Sekolah-sekolah memiliki cara sendiri dan beragam untuk mengurangi sampah plastik. Nur Iswati menceritakan walau sekolahnya, SMPI Sabilillah Malang, belum menjadi bagian dari Adiwiyata, namun tidak menghalanginya berkomitmen dalam menjaga dan berjuang untuk lingkungan yang lebih baik. Program unggulannya adalah “Cinta Alam Sekitar”. Salah satunya dilakukan saat pembagian kurban dengan mengganti kantong kresek dengan menggunakan besek. Sekolah ini juga memiliki program pengumpulan minyak jelantah yang digunakan sebagai bahan dasar sabun cair saat praktikum sekolah. Pendidikan karakter adalah fokus utama di sekolah ini yang dilakukan dengan memberikan kata-kata penyemangat kepada murid-murid dengan memberikan ucapan terimakasih, good job, atau well done.
Zero Plastic Management adalah program yang dilaksanakan oleh SMP PGRI 3 Denpasar hingga akhirnya mendapatkan apresiasi secara langsung dari Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti Nurbaya. Program ini menekankan 5 elemen penting antara lain adalah pelarangan penggunaan sampah plastik, edukasi ke siswa dan warga sekolah, kerjasama dengan bank sampah, pengimbasan dan AKSI Lingkungan, dan penyiapan sarana pendukung. Selain itu Rama juga menjelaskan bahwa sekolah juga memberdayakan OSIS untuk menghitung pemilahan sampah. Ada reward yang diberikan kepada kelas konsisten melakukan pemilahan, namun jika kelas paling kotor maka ada punishment yang diberikan pada saat upacara yaitu dengan diberi kalung dari barang bekas.
Mendapatkan predikat sekolah adiwiyata sejak tahun 2016, bagi SMP Negeri 68 adalah sebuah program adiwiyata diharapkan menjadi pembiasaan agar warga sekolah menjadi lebih peduli lingkungannya. Dengan memanfaatkan prinsip-prinsip 3R, Tati menjelaskan bahwa program sekolah terdiri dari kegiatan lingkungan (mengembangkan tanaman hidroponik, dan memanfaatkan komposting baik padat dan cair), kegiatan pengurangan sampah plastik (pemilahan sampah yang melibatkan seluruh warga sekolah, penyediaan air galon, dan membuat kreasi Ecobrick), dan juga kegiatan luar sekolah (melakukan Clean up Day, edukasi pemilahan sampah ke TPS Bantar Gebang). Lebih lanjut, Tati mengatakan bahwa sekolah melakukan penilaian setiap bulan dan juga memberikan reward berupa tanda bendera dan sertifikat kepada kelas yang bersih dan berhasil memilah sampahnya.
Komitmen dari seluruh elemen
Mempertahankan program lingkungan yang telah dibuat di sekolah tidaklah mudah. Ketiga sekolah sepakat bahwa harus ada kesadaran yang kuat dari para elemen warga sekolah maupun diluar sekolah. Tati menceritakan bagaimana kesulitannya dalam mempertahankan program adiwiyata karena beban administrasi yang terlalu rumit dan terlalu banyak aturan yang diberikan. Sedangkan guru-guru juga harus memberikan kegiatan pembelajaran disaat yang bersamaan. Kurangnya keseriusan dan komitmen dari seluruh elemen akan menjadi hambatan dalam program pengurangan sampah plastik di sekolah. Oleh karena itu, menurut Nur Iswati, tidak ada kata terlambat untuk warga sekolah memulai kebiasan hal yang baik dengan menunjukkan komitmennya demi murid-murid sekolah sebagai penerus generasi masa depan.
Dukungan pemerintah dan komunitas menjadi salah satu hal terpenting untuk menjaga komitmen sekolah. Dyan menyampaikan bahwa pemerintah kota Surabaya melalui Dinas Lingkungan Hidup mendukung sekolah melalui program-program selain adiwiyata seperti program Eco School, Eco Campus dan Eco Pesantren yang memfokuskan kepada kebijakan Lingkungan hidup dalam kurikulum pembelajaran. Kota Surabaya juga telah memiliki Peraturan Walikota Surabaya No.64/2018 yaitu tentang pengurangan(pembatasan timbulan sampah, pendaur ulang sampah, pemanfaatan kembali sampah) dan penanganan Sampah (pemilahan, Pengumpulan, pengangkutan, pengolahan, pemrosesan akhir). Diharapkan dengan ada peraturan ini dapat mendukung sekolah-sekolah dalam mengurangi sampah plastik.
Webinar ditutup dengan selalu mengingatkan kepada peserta untuk terus belajar menjalankan gaya hidup zero waste, dan berhati-hati dalam penggunaan plastik sekali pakai.
Sampai jumpa di webinar selanjutnya bagi para warga SMA!
Untuk melihat kembali webinar ini melalui YouTube, sedangkan materi webinar dapat diunduh .
#merdekaPSP#goforzerowaste#zerowasteschool