Memperingati Hari Bumi Sedunia yang jatuh pada 22 April 2020, Aliansi Zero Waste Indonesia mengadakan Virtual Community Screening sebuah film dokumenter berjudul ‘The Story of Plastic’. Pemutaran dilakukan pada 23 April 2020 pukul 14.00-15.35 WIB melalui tautan yang dibagikan kepada 600 orang pendaftar. Film dokumenter ini memperlihatkan proses plastik dari pembuatan hingga menjadi sampah yang berdampak pada kondisi lingkungan hidup dan kesehatan makhluk hidup. Film The Story of Plastic merupakan bagian dari The Story of Stuff Project yang menjadi bagian dari gerakan #breakfreefromplastic.
Pasca pemutaran film, AZWI menggelar webinar membahas soal film dan korelasinya dengan permasalahan plastik di Indonesia. Tiga orang kolaborator AZWI yaitu Tiza Mafira (Direktur Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik), Prigi Arisandi (Direktur Eksekutif ECOTON) dan David Sutasurya (Direktur Eksekutif YPBB) menjadi pemantik diskusi. Turut serta juga dalam diskusi Dirjen Pengelolaan Sampah, limbah, dan P3 KLHK, Rosa Vivien Ratnawati. Beliau memberikan tanggapan terkait upaya yang telah dilakukan pemerintah pusat dalam mengatasi permasalahan sampah.
Selain dari unsur KLHK, perwakilan Kementerian Luar Negeri serta Pejabat Kedutaan Besar Republik Indonesia di Tiongkok juga memberikan tanggapan. Mardy Ridha, Diplomat Trade in and Development Kemlu RI mengatakan pemerintah sedang mencoba untuk menyusun pasal dalam Free Trade Agreement tentang Trade and Transboundary Waste. Ada 4 hal yang diupayakan terkait regulasi, manajemen, partnership, dan kompensasi yang sejalan dengan Basel Convention. Dalam contoh pelanggaran termasuk masuknya limbah, maka ada kewajiban negara eksportir untuk memberikan kompensasi. Nugrahadi, Diplomat bidang perubahan iklim dari KBRI Beijing menyampaikan permasalahan sampah plastik juga terjadi di Tiongkok sebagai konsekuensi dari kegiatan perekonomian.Perlu ada upaya kolektif terutama regulasi untuk memberikan insentif. Kemitraan antara pemerintah dan perusahaan juga dilakukan seperti yang diupayakan KBRI Beijing bersama misalnya Alibaba dan Tencent.
Yuyun Ismawati, Steering Commitee AZWI memberikan tanggapan pada sesi penutup diskusi. Menurutnya beberapa hal dalam film ini tentang masalah plastik sangat kompleks. Oleh karena itu membutuhkan kerja kolektif semua pihak mulai dari organisasi sipil, pemerintah dan korporasi. Harus ada pembagian tugas mulai dari yang mengurusi wilayah hilir hingga hulu. Extended Producer Responsibility (EPR) misalnya, tidak hanya berlaku untuk middlestream (perusahaan manufaktur), tetapi harusnya juga untuk upstream (penghasil virgin material). Ada beberapa hal yang belum diatur global dan nasional seperti penggunaan chemical additive dalam plastik. Film ini masih banyak menyoroti isu fisik limbah plastik. Dalam laporan CIEL dan IPEN, mereka merilis riset tentang penggunaan bahan kimia dalam plastik. Itu isu yang masih belum banyak kita dibicarakan. Indonesia memang punya aturan Permendag baru tentang Transboundary Waste Movement. Sayangnya permendag tersebut belum secara ketat mengatur presentase resmi kontaminan dalam plastic waste dan paper waste. Seharusnya konvensi Basel, konvensi merkuri, dan konvensi Stockholm dimana Indonesia telah meratifikasi bisa jadi pintu masuk mengatur proses produksi hingga penanganan.
Paparan lengkap narasumber dan rekaman audio diskusi dapat diunduh pada tautan berikut: