Monday, January 30, 2023
  • Login
EnglishIndonesian
Aliansi Zero Waste Indonesia
  • Beranda
  • Artikel
    • Reportase
    • Siaran Pers
    • Feature
  • Publikasi
    • Laporan
    • Buletin
  • Isu Strategis
    • Plastik Sekali Pakai
      • Sachet
      • Ban the Big 5
      • Alternative Delivery System
    • Zero Waste Cities
    • Sampah Impor
    • Upstream Advocacy
    • Justice Transition
    • Solusi Palsu
      • Teknologi Termal
      • RDF
      • Bioplastik
      • Ecobrick
  • Tentang Kami
    • Profil Aliansi
    • Anggota
    • Dewan Pengarah
    • Sekretariat Nasional
    • Jejaring
No Result
View All Result
Aliansi Zero Waste Indonesia
  • Beranda
  • Artikel
    • Reportase
    • Siaran Pers
    • Feature
  • Publikasi
    • Laporan
    • Buletin
  • Isu Strategis
    • Plastik Sekali Pakai
      • Sachet
      • Ban the Big 5
      • Alternative Delivery System
    • Zero Waste Cities
    • Sampah Impor
    • Upstream Advocacy
    • Justice Transition
    • Solusi Palsu
      • Teknologi Termal
      • RDF
      • Bioplastik
      • Ecobrick
  • Tentang Kami
    • Profil Aliansi
    • Anggota
    • Dewan Pengarah
    • Sekretariat Nasional
    • Jejaring
No Result
View All Result
Aliansi Zero Waste Indonesia
EnglishIndonesian
Home Reportase

Potensi Limbah Medis Bertambah di New Normal, Ini Solusinya

by Aliansi Zero Waste Indonesia
November 21, 2020
in Reportase
Reading Time: 5min read
0
Potensi Limbah Medis Bertambah di New Normal, Ini Solusinya
0
SHARES
566
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

Sabtu (06/06/2020)- Aliansi Zero Waste Indonesia (AZWI) mengadakan diskusi webinar dengan mengangkat tema “Krisis Lingkungan, Kausalitas Wabah dan Problem Lingkungan Baru Pasca New Normal” melalui Kanal Zoom dan siaran langsung YouTube. Diskusi ini diselenggarakan untuk merespon permasalahan lingkungan, khususnya penanganan limbah medis dan solusinya saat diberlakukannya New Normal. Narasumber dalam webinar yaitu Nur Hidayati (Direktur Eksekutif WALHI Nasional), Yuyun Ismawati (Senior Advisor Nexus3 Foundation), dan Didi Adji Siddik (Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Barat).

Paparan infeksi Covid-19 sendiri, kondisi per 7 Juni 2020 telah telah menyebar di 421 kabupaten/kota di 34 provinsi. Pemerintah pusat menetapkan peraturan baru sebagai improvisasi penanganan dengan tatanan kehidupan normal baru atau New Normal di 4 provinsi dan 25 kabupaten kota yang diberlakukan pada hari Senin, 1 Juni 2020 untuk wilayah Jawa Barat.

World Health Organization (WHO) menyebutkan setiap langkah menuju transisi ‘the new normal’ harus dipantau oleh otoritas kesehatan, maka dari itu WHO menetapkan enam syarat untuk wilayah yang akan memberlakukan New Normal. “Indonesia saat ini bisa dikatakan belum siap seutuhnya karena ada beberapa faktor, seperti terjadinya lonjakan jumlah yang terpapar Covid-19 di Jawa Timur dan fasilitas kesehatan yang kewalahan dalam mengatasinya, ditambah masih banyak masyarakat yang kurang dalam kesadaran untuk melakukan hal-hal yang dianjurkan saat pandemi” tambah Nur Hidayati.

Dampak dari pandemi terhadap lingkungan secara global berdasarkan data dari NASA dan ESA, terjadinya penurunan mobilitas berkurang 90%, pencemaran lingkungan berkurang 30% yang membawa dampak baik kepada polusi udara, pencemaran air dan kembalinya binatang liar.
Jawa Barat sebagai salah satu provinsi yang akan memberlakukan New Normal berdasarkan Peraturan Gubernur Jawa Barat No.46 Tahun 2020 tentang Pedoman Pembatasan Sosial Berskala Besar Secara Proporsional Sesuai Level Kewaspadaan Daerah Kabupaten/Kota sebagai Persiapan Pelaksanaan Adaptasi Kebiasaan Baru Untuk Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease 2019 sebagai upaya percepatan penanganan COVID-19 untuk mendukung keberlangsungan masyarakat dengan mensinergikan aspek kesehatan, sosial dan ekonomi.

“Dalam aspek lingkungan secara keseluruhan, tren grafik kualitas air sungai citarum menurut parameter Biochemical Oxygen Demand (BOD) belum bisa menunjukan penurunan yang signifikan namun ada kecenderungan menurun pada setiap titik” ujar Didi Adji Siddik. “Provinsi Jawa Barat melihat tren volume sampah Kota Bandung sebelum dan sesudah status pandemi COVID-19 rata-rata mengalami penurunan per-minggu sebesar 3% dan sampah komersial menurun sebesar 47% per minggu,” tambah Didi Adji Siddik.

Tidak sampai disitu, dampak buruk terhadap lingkungan khususnya sampah medis juga terjadi, apalagi dengan ditetapkannya New Normal yang mengharuskan kita untuk menggunakan APD saat beraktivitas. Apakah Indonesia siap menangani permasalahan sampah setelah pemberlakukan New Normal? Melihat penanganan sampah terutama sampah medis sebelum pandemi pun masih kurang.
Masalah Pengelolaan Limbah Medis di Masa Pandemi

Berdasarkan Surat Edaran Menteri LHK Nomor 2/PSLB3/3/2020, teknologi termal seperti insinerator digunakan sebagai cara mengelola limbah medis. Ironisnya dari 2.813 RS (2018) hanya ada 110 insinerator dan 4 autoclave milik RS tersebar di seluruh Indonesia yang telah memiliki izin PLB3 dari KLHK. Sebagian besar pengelolaan limbah medis dilimpahkan kepada pihak ketiga.

Yuyun Ismawati mengatakan kalau pengelolaan limbah dengan menggunakan Insinerator sudah sejak lama ditinggalkan di negara lain seperti Amerika Serikat. Mereka menggantinya dengan autoclave karena mereka tahu jika insinerator itu lebih banyak kekurangan dan membawa dampak buruk seperti menghasilkan emisi toxic dan abu yang beracun. “Mengoperasikan insinerator yang membutuhkan energi dan dana yang tinggi malah menjadi pemborosan. Padahal membunuh Covid-19 cukup dengan suhu panas sebesar 100 derajat celcius. Kalau menggunakan insinerator yang memiliki suhu diatas 800 derajat celcius, overkill namanya.” imbuh Yuyun Ismawati.

Selain masalah penggunaan insinerator, penanganan limbah medis yang masih harus diperhatikan adalah penggunaan kantong plastik berwarna tertentu untuk membungkus limbah B3 sesuai peraturan Menteri Kesehatan. Kantong plastik berwarna merah untuk bahan yang mengandung radioaktif, kantong warna kuning untuk bahan sangat infeksius serta patologi dan anatomi, kantong berwarna ungu untuk sitotoksis, dan kantong warna coklat untuk limbah kimia dan farmasi.

“Namun fakta di lapangan, plastik berwarna kuning lebih banyak ditemukan. Hal ini menggambarkan bahwa pemisahan sampah medis berdasarkan warna kantong plastik belum seutuhnya dilakukan oleh rumah sakit. Pengelolaan limbah medis di Indonesia sebelum pandemi belum sepenuhnya memadai dan masih banyak kekurangan,” tambah Yuyun.

Solusi Mengatasi Masalah Lingkungan dan Limbah Pasca New Normal
Melihat pemberlakukan “New Normal”, pemerintah harus bekerja lebih keras lagi dalam penanganan limbah medis. Menurut Didi Adji dari Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Barat, solusi pengelolaan limbah B3 medis ke depan yang diperlukan adalah integrasi sistem pelaporan, penetapan SOP di setiap tahapan khususnya pengemasan sebagai acuan RS dan Pihak ketiga dan pengembangan pengelolaan limbah B3 medis per wilayah.

Menurut Yuyun Ismawati pemerintah harus meminimalkan bahaya dan memaksimalkan kesehatan seperti kesehatan warga, rumah sakit, dan lingkungan. Dengan memperhatikan hal-hal berikut: tawarkan peluang kepada pihak ketiga untuk mengelola dan membangun fasilitas pengolahan LB3 dan pengangkut LB3 di luar Jawa, perbanyak alokasi Dana Alokasi Khusus untuk pembelian autoclave, dorong pengelolaan sampah kota yang berkelanjutan dengan pemilahan di sumber, Pengomposan sampah organik di setiap kawasan, tingkatkan pengangkutan sampah ke TPST 3R/4R untuk jadi tempat penampungan sementara saat pandemi. Sedangkan Nur Hidayati dari WALHI meminta pemerintah menjadikan momentum pandemi sebagai langkah untuk memperbaiki model pembangunan kita menjadi model yang lebih bersih dan ramah lingkungan

Di akhir webinar, ketiga narasumber mengajak seluruh kalangan ikut serta dalam proses memperbaiki penanganan dari timbulan masalah setelah diberlakukannya New Normal. “Kewajiban semua untuk menjaga lingkungan, jadi mari kita bekerja sama mulai dari memaksimalkan penanganan sampah yang baik sejak dari rumah,” tegas Didi Adji Siddik.

“Menjadi penting peran masyarakat untuk melakukan pemantauan dan melaporkan ke Dinas Lingkungan Hidup apabila terjadi pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan RS yang berpotensi membahayakan masyarakat. Sehingga ada tindakan yang dapat dilakukan untuk pemerintah dalam penanganannya.” tegas Nur Hidayati.
“Mendorong seluruh rumah sakit untuk memiliki fasilitas dasar untuk pengelolaan limbah padat maupun cair yang aman seperti Autoclave. Karena rumah sakit adalah sumber kesehatan. Selain itu visi ke depan harus meminimalkan bahaya dan memaksimalkan kesehatan.” tutup Yuyun Ismawati. (Vancher)

Materi webinar (download)#AZWIndonesia#sampahmedis#zerowaste

Previous Post

Merespon Permasalahan Sampah Plastik di Perairan Kita

Next Post

Tell Your Story!

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

  • Trending
  • Comments
  • Latest
Gaya Hidup Zero Waste Sebagai Solusi Hidup Minim Sampah

Anak Muda dan Zero Waste; Dari Perubahan Gaya Hidup Hingga Kebijakan

April 2, 2021
Gaya Hidup Zero Waste Sebagai Solusi Hidup Minim Sampah

Insinerasi Limbah Medis: Solusi Jangka Panjang dan Berkelanjutan?

November 21, 2020
Permen LHK Nomor 75 Tahun 2019, Solusi Jitu Pengurangan Sampah Produsen?

Permen LHK Nomor 75 Tahun 2019, Solusi Jitu Pengurangan Sampah Produsen?

February 19, 2021
5 Rekomendasi Bulk Store Keren di Jakarta untuk Kamu!

5 Rekomendasi Bulk Store Keren di Jakarta untuk Kamu!

February 9, 2021
Gaya Hidup Zero Waste Sebagai Solusi Hidup Minim Sampah

Forum Daerah Bebas Plastik: Capaian Kota Pesisir Dalam Mengurangi Sampah Plastik di Laut

1533
Infografik : Rekomendasi Untuk Meringankan Beban Petugas Sampah

Infografik : Rekomendasi Untuk Meringankan Beban Petugas Sampah

188
Mikroplastik, Si Monster Mungil Nan Mengerikan

Udara Jawa Timur Terkepung Mikroplastik

81
Gaya Hidup Zero Waste Sebagai Solusi Hidup Minim Sampah

Indonesia and Other Countries’ Efforts in Ending Plastic Pollution

47
Menuju HPSN 2023: Journalist Competition by AZWI

Menuju HPSN 2023: Journalist Competition by AZWI

January 19, 2023
40% Didominasi Sampah Organik, Kampung Siba Siapkan 150 Komposter

40% Didominasi Sampah Organik, Kampung Siba Siapkan 150 Komposter

January 17, 2023
Sungai Indonesia Banjir Mikroplastik Dampak Amburadul Tata Kelola Sampah

Sungai Indonesia Banjir Mikroplastik Dampak Amburadul Tata Kelola Sampah

December 30, 2022
Bahaya di Balik Maraknya Sampah Plastik Sachet

Mengulik Penerapan EPR di Indonesia

December 12, 2022

Recent News

Menuju HPSN 2023: Journalist Competition by AZWI

Menuju HPSN 2023: Journalist Competition by AZWI

January 19, 2023
40% Didominasi Sampah Organik, Kampung Siba Siapkan 150 Komposter

40% Didominasi Sampah Organik, Kampung Siba Siapkan 150 Komposter

January 17, 2023
Sungai Indonesia Banjir Mikroplastik Dampak Amburadul Tata Kelola Sampah

Sungai Indonesia Banjir Mikroplastik Dampak Amburadul Tata Kelola Sampah

December 30, 2022
Bahaya di Balik Maraknya Sampah Plastik Sachet

Mengulik Penerapan EPR di Indonesia

December 12, 2022
Aliansi Zero Waste Indonesia

Aliansi Zero Waste Indonesia | Go For Zero Waste

Follow Us

© 2020 Aliansi Zero Waste Indonesia

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Artikel
    • Reportase
    • Siaran Pers
    • Feature
  • Publikasi
    • Laporan
    • Buletin
  • Isu Strategis
    • Plastik Sekali Pakai
      • Sachet
      • Ban the Big 5
      • Alternative Delivery System
    • Zero Waste Cities
    • Sampah Impor
    • Upstream Advocacy
    • Justice Transition
    • Solusi Palsu
      • Teknologi Termal
      • RDF
      • Bioplastik
      • Ecobrick
  • Tentang Kami
    • Profil Aliansi
    • Anggota
    • Dewan Pengarah
    • Sekretariat Nasional
    • Jejaring

© 2020 Aliansi Zero Waste Indonesia

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In