22 Agustus 2020 – Bulan Agustus diperingati sebagai perayaan hari kemerdekaan Indonesia. Dalam rangka bulan kemerdekaan, Tiga anggota Aliansi Zero Waste Indonesia (AZWI) yaitu PPLH Bali, Komunitas Nol Sampah, dan Nexus3 Foundation menyelenggarakan Webinar “Sekolah Dasar Merdeka Plastik Sekali Pakai” dengan menghadirkan narasumber dari perwakilan sekolah dasar (SD) yaitu Ni Wayan Darti (SDN 3 Penguyangan) dan Luh Wirdani (SD N 7 Dauh Puri) Kota Denpasar dan Suminah (SD N 1 Ngagelrejo) Kota Surabaya, Adi Wiguna (DLHK Kota Denpasar) dan Catur Yudha Hariani (PPLH Bali). Webinar ini diselenggarakan karena sekolah dasar sebagai pendidikan dasar bagi anak-anak memegang peranan penting dalam pembangunan karakter, termasuk pendidikan lingkungan yang dilakukan sejak usia dini.
Akar Permasalahan Sampah Plastik di SekolahDalam pengurangan plastik sekali pakai, sekolah telah menerapkan berbagai upaya dan kebijakan untuk mengurangi penggunaannya. Namun, kebijakan yang telah diterapkan tidak mudah untuk dilaksanakan. Menurut Ni Wayan Darti, sekolah harus mengetahui sumber masalah sehingga sekolah dapat menerapkan kebijakan yang tepat.
Ketiga sekolah sepakat bahwa salah satu permasalahan utama yang dihadapi sekolah yaitu terletak pada kantin. Kantin merupakan pusat kegiatan konsumsi guru dan murid, serta penumpukkan dan pembuangan sampah plastik sekali pakai. Tidak jarang, pengelola kantin memiliki kekerabatan dengan pihak-pihak di sekolah seperti hubungan saudara atau kerabat dengan dengan kepala sekolah, guru senior, atau orang yang berpengaruh. Hal ini bagi Wirdani akan menimbulkan perasaan tidak enak untuk membuat kebijakan tentang penggunaan plastik sekali pakai di kantin.
Hal lain yang menjadi akar masalah adalah perilaku warga sekolah. Warga sekolah terbiasa berperilaku praktis seperti membawa plastik dari rumah atau kantin kemudian dibuang saja. Seringkali kebijakan sudah ada namun pihak sekolah kurang giat dalam mengkampanyekan bahaya plastik. Terkadang ada juga guru yang masih menggunakan plastik secara sembunyi. Menurut Catur, perubahan perilaku warga sekolah untuk peduli terhadap lingkungan terutama sampah plastik tidak mudah. Perubahan perilaku warga sekolah membutuhkan waktu untuk bagi mereka karena harus ada perubahan pola pikir sehingga terjadilah sehingga menumbuhkan kebiasaan sadar lingkungan. Khususnya bagi murid, pelibatan orang tua memegang peranan penting agar pembentukan karakter di sekolah tetap terjaga.
Kegiatan untuk mendukung kebijakan pengurangan plastik di sekolahBerbagai upaya dapat dilakukan sekolah untuk mendukung kebijakan pengurangan plastik di sekolah. Implementasi reduce, reuse, dan recycle (3R), diterapkan oleh ketiga sekolah. Kegiatan reduce bisa dilakukan dengan cara penyediaan tempat sampah terpilah, melarang kantin berjualan makanan yang dibungkus atau menggunakan plastik, makanan atau minuman dihidangkan dengan menggunakan piring gelas yang bisa dipakai berulang, melarang guru dan siswa membawa makanan berplastik, penyediaan makanan sehat dan air galon, penggunaan masker berulang. Khusus di Pulau Bali, Wirdani dan Darti menyebutkan untuk persembahan kegiatan keagamaan di sekolah seperti canang sari bisa menggunakan sokasi agar sampah tidak berantakan dan menghindari penggunaan plastik sekali pakai.
Untuk reuse, sampah plastik yang masih layak dapat digunakan sebagai bahan kerajinan atau untuk menghias sekolah. Hasil karyanya akan dipertunjukkan melalui sosial media agar guru dan siswa termotivasi. Suminah menceritakan sekolahnya menerapkan inovasi penghijauan sekolah melalui program hidroponik dengan menggunakan botol air mineral bekas untuk dijadikan media hidroponik. Hasil tanaman hidroponik akan digunakan untuk sekolah sendiri ataupun dijual ke wali murid, kemudian uangnya sebagai aset untuk pembelian bibit dan nutrisi.
Sedangkan dalam pelaksanaan recycle, sekolah bisa membentuk bank sampah seperti SD N 3 Penguyangan dengan nama Bank Sampah Sentriya Lestari. Ataupun bekerjasama dengan pihak ketiga seperti Bank Sampah. Jadi anak-anak bisa membawa sampahnya ke sekolah yang kemudian ditimbang dan mendapatkan tabungan sampah. Hal ini dipertegas oleh DLHK Kota Denpasar, Adi Wiguna untuk mendukung sekolah melalui program aplikasi SIDARLING (Sistem Sadar dan Peduli Lingkungan). Pengembangan aplikasi pelayanan bank sampah yang berbasis web dan mobile dimanfaatkan untuk memudahkan masyarakat dan sekolah sehingga para murid di tingkat dasar lebih semangat mengumpulkan.
Selain kegiatan-kegiatan diatas, sekolah-sekolah juga melakukan pengawasan dengan diberi aturan-aturan dan penegakkan yang disiplin. SD N 7 Dauh Puri dengan membentuk kelompok polisi lingkungan sekolah. Kegiatan ini bertujuan untuk memantau agar siswa-siswa senantiasa menjaga kebersihan,membuang sampah sesuai tempat yang sudah disediakan. Tentunya, para anggota polisi lingkungan ini berada dalam pengawasan dan pengarahan guru untuk mengarahkan warga sekolah agar sekolah tetap bersih dan ikut membersihkan lingkungan.
Merangkul Pemerintah dan KomunitasSekolah selalu mengkonsultasikan kegiatan yang berhubungan dengan lingkungan melalui DLHK, Dinas Pendidikan setempat, dan komunitas. Pentingnya bekerjasama dan merangkul pemerintah dan komunitas bagi sekolah adalah untuk mendukung dan mendampingi program sekolah. Adi Wiguna menuturkan, pemerintah khususnya DLHK mendukung program sekolah melalui program adiwiyata pada tingkat kota, provinsi, dan nasional. Namun, beliau mengingatkan komitmen dari kepala sekolah dan guru di sekolah sangat krusial sehingga program sekolah dapat diteruskan kepada murid-murid. Selain itu juga mengajak semua OPD terkait untuk menerapkan komitmen regulasi sekolah menjadi tulang punggung agar berkomitmen untuk bersama-sama melaksanakan kebijakan pemerintah.
Begitu juga bagi komunitas seperti PPLH Bali yang selama beberapa tahun pengalamannya bekerja bersama sekolah-sekolah di Bali. Bagi Catur, program pendampingan di sekolah dan advokasi melalui penguatan kebijakan di sekolah dengan membuat kebijakan agar mudah dan terstruktur untuk diimplementasikan melalui pendampingan lewat guru-guru. PPLH juga mengadakan kegiatan audit merek (brand audit) di sekolah yang bertujuan untuk mengetahui jumlah timbulan sampah plastik dan mengetahui perusahaan penyumbang sampah plastik di sekolah agar guru-guru mengetahui kondisi sampah yang dihasilkan sekolah.melakukan Selain itu kegiatan bersih-bersih (clean up) yang tujuannya untuk memotivasi dan memperlihatkan kondisi sampah di sekitar.
Cerita sukses dari sekolah-sekolah ini menuju sekolah merdeka dari plastik sekali pakai diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi sekolah lain. Upayanya bisa diawali dari diri sendiri ke lingkungan sekitar. Di sekolah, guru harus jadi teladan dan jangan pernah bosan untuk mengedukasi putra putri karena merupakan harapan bangsa. Tanpa ada hal itu kita tidak dapat mengubah dunia dan mendukung pengurangan sampah plastik karena plastik tidak dapat terurai. Kita sangat dituntut memberikan contoh terbaik anak cucu kita.
Untuk melihat kembali webinar ini di YouTube. Materi webinar bisa diunduh disini