Tuesday, September 26, 2023
  • Login
EnglishIndonesian
Aliansi Zero Waste Indonesia
  • Beranda
  • Artikel
    • Reportase
    • Siaran Pers
    • Feature
  • Publikasi
    • Laporan
    • Buletin
  • Isu Strategis
    • Plastik Sekali Pakai
      • Sachet
      • Ban the Big 5
      • Alternative Delivery System
    • Zero Waste Cities
    • Sampah Impor
    • Upstream Advocacy
    • Justice Transition
    • Solusi Palsu
      • Teknologi Termal
      • RDF
      • Bioplastik
      • Ecobrick
  • Tentang Kami
    • Profil Aliansi
    • Anggota
    • Dewan Pengarah
    • Sekretariat Nasional
    • Jejaring
No Result
View All Result
Aliansi Zero Waste Indonesia
  • Beranda
  • Artikel
    • Reportase
    • Siaran Pers
    • Feature
  • Publikasi
    • Laporan
    • Buletin
  • Isu Strategis
    • Plastik Sekali Pakai
      • Sachet
      • Ban the Big 5
      • Alternative Delivery System
    • Zero Waste Cities
    • Sampah Impor
    • Upstream Advocacy
    • Justice Transition
    • Solusi Palsu
      • Teknologi Termal
      • RDF
      • Bioplastik
      • Ecobrick
  • Tentang Kami
    • Profil Aliansi
    • Anggota
    • Dewan Pengarah
    • Sekretariat Nasional
    • Jejaring
No Result
View All Result
Aliansi Zero Waste Indonesia
EnglishIndonesian
Home Reportase

Sampah Sisa Makanan Jadi Polemik, Ini Cara menguranginya Sejak dari Sumber!

by Aliansi Zero Waste Indonesia
October 27, 2021
in Reportase
Reading Time: 5min read
3
Sampah Sisa Makanan Jadi Polemik, Ini Cara menguranginya Sejak dari Sumber!
0
SHARES
987
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

Indonesia adalah negara kedua penyumbang dan penghasil sampah sisa makanan terbesar di dunia. Data Kementerian Lingkungan Hidup (KLHK) pada tahun 2018 menyebutkan sebanyak 49,86% dari total timbunan sampah di Indonesia adalah sampah sisa makanan. 

Data hasil analisis kolaborasi pemerintah dengan Foreign Commonwealth Office Inggris selama 20 tahun terakhir juga menyebutkan limbah makanan yang terbuang atau food loss and waste di Indonesia mencapai 23 juta ton-48 juta ton per tahun pada periode 2000-2019. Angka ini setara 115 kg-184 kg sampah sisa makanan per kapita per tahun.

Ironisnya di saat begitu banyak makanan yang dibuang, masih banyak penduduk Indonesia yang kelaparan. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan sebanyak 13,8 persen balita di Indonesia mengalami kurang gizi dan 3,9 persen lainnya menderita gizi buruk. Fakta lain menyebutkan 34,74 persen rumah tangga di Indonesia masih memanfaatkan bantuan beras miskin (Raskin) dari pemerintah.

Direktur program Gita Pertiwi Titik Eka Sasanti mengatakan dalam laporan berjudul “Fixing Food: Towards the More Sustainable Food System” yang dirilis The Economist pada 2011 disebutkan bahwa rata-rata orang Indonesia membuang sisa makanan sekitar 300 kilogram setiap tahunnya. Artinya, masing-masing individu bisa menghasilkan sampah sisa makanan sekitar 1 kilogram setiap harinya.

Food waste is sorted at the Puente Hills Material Recovery Facility on Thursday, Feb. 15, 2017. The waste is turned into a slurry and digested along with the treatment of waste water. Los Angeles County produces around 4,000 tons per day of food waste. (Photo by Sarah Reingewirtz, Pasadena Star-News/SCNG)

“Kami (Gita Pertiwi) sudah meneliti perihal ini di kota Solo tiga tahun berturut-turut, jadi perhari itu total sampah sisa makanan di tingkat keluarga di kota Solo itu sekitar 70 ton, ini semua tidak terlepas dari perilaku dan budaya kita,” ujar Titik dalam siaran langsung AZWI berjudul ‘Indonesia Darurat Sampah Makanan? Apa saja yang bisa dilakukan untuk mengelola sampah organik?’, Rabu (13/10/2021).

Titik menjelaskan, restoran juga menyumbang sampah sisa makanan sekitar 100 ton per hari di Kota Solo. Tentu ini bukan angka yang kecil, apalagi melihat Kota Solo hanya sebagian daerah yang tak lebih besar dari pusat ibukota Indonesia yakni DKI Jakarta. 

Perilaku menyisakan makanan menjadi penyebab utama banyak sampah pangan yang terbuang ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) tanpa diolah terlebih dahulu. Titik menilai, kebiasaan ini bisa membawa dampak pencemaran lingkungan dan juga kesehatan.

“Banyak orang lapar mata, jadi pas lapar itu ya ngambilnya banyak, gak diperkirakan terlebih dahulu, akhirnya ya banyak makanan yang bersisa. Gak cuma itu, budaya menyisakan makanan juga kental di daerah Jawa, hal ini terjadi agar tidak dicap sebagai orang yang rakus,” jelasnya.

Sementara itu, lanjut Titik, saat ini belum ada aturan yang secara spesifik melarang masyarakat membuang makanan. Padahal menurutnya, di negara-negara maju sudah ada penerapan untuk menghabiskan makanan yang dibeli atau membawa pulang jika tidak habis.

Pentingnya pemilahan sampah sisa makanan

Titik menilai pemerintah harus serius menanggapi masalah sampah sisa makanan tersebut. Sebab, dampak yang ditimbulkan dari penumpukan sampah di TPA dapat mencemari lingkungan seperti timbulnya gas metana yang berakibat kepada efek rumah kaca. Tak hanya itu, pembuangan sampah organik yang tak terolah juga dapat menghambat proses air tanah dan tentu saja ini merupakan sebuah kabar buruk mengingat air tanah sangatlah penting bagi manusia.

“Polusi sampah sisa makanan yang termasuk dalam kategori organik ini dapat mengakibatkan peningkatan berbagai macam penyakit infeksi saluran pencernaan dan juga pernafasan, apalagi yang ditinggal di daerah pembuangan, bisa dibayangkan bau busuk yang menyengat dari sampah yang tidak diolah,” katanya.

Senada dengan Titik, Administrator Rumah Kompos Padangtegal Ubud Bali, Kadek Jois Yana juga menilai bahwa saat ini masih sedikit tempat pengolahan sampah seperti TPS 3R yang disediakan oleh desa. Padahal menurutnya, telah ada upaya dari masyarakat untuk memilah sampah dari rumah sehingga sampah yang dikumpulkan nantinya bisa bermanfaat kembali.

“Percuma juga kan sampah dari masyarakat sudah dipilah, tapi ujung-ujungnya petugas sampah yang angkut juga nyampurin sampahnya lagi, nyeseknya itu di sini,” ujar Jois yang juga hadir dalam diskusi yang sama.

Sebagai fasilitator pengelolaan sampah organik, Jois mengapresiasi masyarakat yang telah bekerjasama dengan Rumah Kompos Padangtegal untuk memilah sampah mereka sejak dari sumber. Menurutnya, saat ini solusi yang tepat memang ada pada perilaku masyarakat dan juga dukungan dari pemerintah setempat. Sehingga, nantinya tidak ada lagi sampah organik yang terbuang.

“Kami disini, mengolah sampah organik baik sisa makanan dan bahan baku masak dari masyarakat untuk dijadikan kompos. Kami kumpulkan setiap harinya itu ada dua truk. Dan itu bisa dipanen kalau sudah 2,5 hingga 3 bulan,” katanya.

Tips Mengompos dari Rumah

Meskipun demikian, Jois menjelaskan bahwa sejatinya pengolahan sampah yang paling bagus memang harus dari sumbernya. Mengkompos dari rumah bisa dilakukan secara mudah seperti dari lobang biopori atau bisa membeli komposter yang sudah banyak dijual di pasaran.

“Bisa dimulai dari pemilahan sampah, jadi dipilah sampah organik dan anorganiknya. yang anorganik bisa disetor ke bank sampah terdekat, yang organik bisa dibuat kompos, untuk membuat pupuk kompos, kita membutuhkan 4 jenis bahan, yaitu karbon (sampah coklat), nitrogen (sampah hijau), air, dan oksigen. Untuk proses pembuatan dan hasil komposter yang efektif, perbandingan penggunaan antara sampah coklat dengan sampah hijau yakni 3:1,” tambahnya.

Berikut beberapa langkah pengomposan yang baik menurut Jois:

Contoh sampah coklat:

  • Daun atau rumput kering.
  • Serbuk gergaji.
  • Serutan kayu.
  • Sekam padi.
  • Limbah kertas.
  • Kulit jagung.
  • Jerami.
  • Tangkai sayuran.

Contoh sampah hijau:

  • Sayuran.
  • Buah.
  • Daun atau rumput segar.
  • Teh atau kopi.
  • Kulit telur.
  • Pupuk kandang (kotoran ternak ayam, itik, kambing, atau sapi).

Langkah:

  1. Siapkan sampah organik yang sudah dipilah.
  2. Siapkan wadah berukuran besar untuk membuat pupuk. Jangan lupa bahwa wadah harus memiliki penutup agar pupuk yang kamu buat tidak terkontaminasi.
  3. Masukkan tanah secukupnya ke dalam wadah yang telah terisi sampah organik. Ketebalannya bisa kamu sesuaikan dengan wadah dan banyaknya sampah organik.
  4. Siram permukaan tanah tersebut menggunakan air secukupnya.
  5. Masukkan sampah organik yang sudah kamu siapkan ke dalam wadah.
  6. Pastikan sampah kamu simpan secara merata. Sebisa mungkin ketebalan sampah setara dengan ketebalan tanah.
  7. Masukkan lagi tanah ke dalam wadah. Kali ini tanah berperan sebagai penutup sampah.
  8. Tutup wadah dengan rapat dan biarkan sekitar tiga minggu.
  9. Saat membuat pupuk kompos di rumah, pastikan wadah pembuat pupuk tidak terkontaminasi oleh air hujan, hewan, dan terkena paparan sinar matahari.

Setelah beberapa minggu, kompos siap dipanen, dan bisa digunakan untuk kebutuhan bercocok tanam.  (Kia)

Tags: food wastesampah makanansampah organiksampah sisa makananzero wastezero waste cities
Previous Post

Fakta Penting Pidato Nina, Gadis Cilik Gresik Yang Tampil Memukau dalam Plastic Health Summit 2021

Next Post

Gugatan Polusi Udara Dibacakan, Jakarta Butuh Perubahan

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

  • Trending
  • Comments
  • Latest
Gaya Hidup Zero Waste Sebagai Solusi Hidup Minim Sampah

Anak Muda dan Zero Waste; Dari Perubahan Gaya Hidup Hingga Kebijakan

April 2, 2021
Permen LHK Nomor 75 Tahun 2019, Solusi Jitu Pengurangan Sampah Produsen?

Permen LHK Nomor 75 Tahun 2019, Solusi Jitu Pengurangan Sampah Produsen?

February 19, 2021
Gaya Hidup Zero Waste Sebagai Solusi Hidup Minim Sampah

Insinerasi Limbah Medis: Solusi Jangka Panjang dan Berkelanjutan?

November 21, 2020
5 Rekomendasi Bulk Store Keren di Jakarta untuk Kamu!

5 Rekomendasi Bulk Store Keren di Jakarta untuk Kamu!

February 9, 2021
Mikroplastik, Si Monster Mungil Nan Mengerikan

Udara Jawa Timur Terkepung Mikroplastik

9462
Infografik : Rekomendasi Untuk Meringankan Beban Petugas Sampah

Infografik : Rekomendasi Untuk Meringankan Beban Petugas Sampah

8517
Gaya Hidup Zero Waste Sebagai Solusi Hidup Minim Sampah

Indonesia and Other Countries’ Efforts in Ending Plastic Pollution

7373
Infografik : Tantangan Petugas Sampah Saat Pandemi COVID-19

Infografik : Anak Muda dan Zero Waste dari Perubahan Gaya Hidup Hingga Kebijakan

1456
Menilik Alasan di Balik Bandung ‘Masih’ Darurat Sampah, dan Solusi Berkelanjutan yang Telah Ada

Menilik Alasan di Balik Bandung ‘Masih’ Darurat Sampah, dan Solusi Berkelanjutan yang Telah Ada

September 25, 2023
Auto Draft

Kebakaran TPA Beruntun di Jawa Tengah: Mitigasi Kurang, Kebakaran Berulang

September 25, 2023
Budidaya Maggot BSF, Solusi Kurangi Sampah Makanan yang Bernilai Ekonomis

Meski Kewalahan, Ngadaur Bantu Selesaikan Bandung Darurat Sampah dari Organik HOREKA

September 7, 2023
Insinerator PLTSa di Jawa Barat, Bukan Solusi Tapi Polusi

Insinerator PLTSa di Jawa Barat, Bukan Solusi Tapi Polusi

September 7, 2023

Recent News

Menilik Alasan di Balik Bandung ‘Masih’ Darurat Sampah, dan Solusi Berkelanjutan yang Telah Ada

Menilik Alasan di Balik Bandung ‘Masih’ Darurat Sampah, dan Solusi Berkelanjutan yang Telah Ada

September 25, 2023
Auto Draft

Kebakaran TPA Beruntun di Jawa Tengah: Mitigasi Kurang, Kebakaran Berulang

September 25, 2023
Budidaya Maggot BSF, Solusi Kurangi Sampah Makanan yang Bernilai Ekonomis

Meski Kewalahan, Ngadaur Bantu Selesaikan Bandung Darurat Sampah dari Organik HOREKA

September 7, 2023
Insinerator PLTSa di Jawa Barat, Bukan Solusi Tapi Polusi

Insinerator PLTSa di Jawa Barat, Bukan Solusi Tapi Polusi

September 7, 2023
Aliansi Zero Waste Indonesia

Aliansi Zero Waste Indonesia | Go For Zero Waste

Follow Us

© 2020 Aliansi Zero Waste Indonesia

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Artikel
    • Reportase
    • Siaran Pers
    • Feature
  • Publikasi
    • Laporan
    • Buletin
  • Isu Strategis
    • Plastik Sekali Pakai
      • Sachet
      • Ban the Big 5
      • Alternative Delivery System
    • Zero Waste Cities
    • Sampah Impor
    • Upstream Advocacy
    • Justice Transition
    • Solusi Palsu
      • Teknologi Termal
      • RDF
      • Bioplastik
      • Ecobrick
  • Tentang Kami
    • Profil Aliansi
    • Anggota
    • Dewan Pengarah
    • Sekretariat Nasional
    • Jejaring

© 2020 Aliansi Zero Waste Indonesia

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In