Permasalahan lingkungan akibat plastik tidak hanya terjadi ketika plastik sudah menjadi sampah. Proses produksi plastik lekat dengan industri minyak, gas, dan batubara sehingga membuatnya menjadi proses yang tinggi karbon dan pencemaran lingkungan bahkan sebelum menjadi sampah.
Sejatinya permasalahan sampah plastik tidak bisa hanya ditangani di hilir saja, sebab perlu ada tindakan untuk menghentikan produksinya sejak dari hulu, yakni di industri petrokimia.
Industri Petrokimia adalah industri yang mengolah minyak, gas alam, batu bara, menjadi berbagai produk, termasuk plastik.
“Industri petrokimia menggunakan minyak bumi, gas, dan batubara sebagai bahan baku dan bahan bakar. Jadi pada proses pembuatannya, sebelum jadi sampah, saja plastik sudah menciptakan jejak karbon dan berbagai pencemaran lingkungan.” ujar Peneliti Indonesia Center For Environmental Law (ICEL) M Hida Lazuardi atau akrab disapa Elang dalam AZWI Talk #16 beberapa waktu lalu.
“Celakanya lagi ketika sudah jadi sampah, pembangkit listrik tenaga sampah yang mengandalkan sampah plastik dianggap sebagai energi terbarukan. Padahal kan sudah jelas, bahwa plastik merupakan turunan dari minyak, gas, atau batubara yang semuanya merupakan hidrokarbon fosil” tambahnya.
Elang juga menyayangkan kebijakan di sektor perindustrian yang menargetkan ekspansi besar-besaran industri petrokimia olefin yang menjadi bahan dasar plastik. Terlebih lagi, karena ekspansi besar-besaran ekspansi industri olefin tersebut diarahkan untuk menggunakan batubara sebagai bahan bakunya. Padahal, produksi plastik dari batubara sangat tidak efisien, dan menghasilkan jejak karbon 2-3 kali lipat lebih tinggi daripada plastik konvensional. Hal tersebut tentu memperparah pencemaran yang disebabkan oleh plastik di Indonesia.
“Di banyak negara, industri petrokimia sudah menghadapi banyak penolakan karena emisinya yang besar. Selain itu, dalam banyak kasus, biji plastik yang dihasilkan juga berceceran ke media lingkungan bahkan sebelum menjadi sampah banyak biji plastik yang sudah menciptakan masalah polusi plastik.”
“Saya rasa, dengan memahami darimana plastik bersumber kita memahami bahwa masalah plastik tidak hanya setelah menjadi sampah dan soal pengelolaan sampah yang buruk. Dalam produksinya plastik juga sudah menciptakan masalah besar bagi lingkungan dan kesehatan manusia. Selain itu kita memahami bahwa masalah plastik dan pemanasan global saling terkait, kalau ditarik hulunya sama yaitu industri minyak, gas, dan batubara.” Tutup Elang dalam diskusi tersebut.
Perlu disadari dan ditekankan, permasalahan polusi plastik sejatinya tidak hanya ada di hilir, namun permasalahan juga sudah muncul bahkan sejak pertama kali plastik dibuat oleh Industri Petrokimia. Peran industri, produsen, pemerintah, dan publik sangat penting untuk ikut serta dalam segala proses transisi ke ramah lingkungan untuk kehidupan yang lebih baik dan berkelanjutan. (Vancher/Cindy)