Komunitas Nol Sampah Surabaya memberikan pelatihan terkait cara menekan dan mengolah sampah kepada 500 RW yang lolos verifikasi awal Surabaya Smart City (SSC). Bukan sekadar teori, para peserta juga diajak mempraktikkan ilmu baru yang diterima.
Pelatihan yang bertema menekan laju timbunan sampah dan upaya pengurangan sampah itu digelar di Graha Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya. Lewat workshop tersebut, pemkot berharap warga ikut membantu mengurangi sampah. Salah satu caranya ialah menekan produksinya.
Koordinator Komunitas Nol Sampah Hermawan Some menyampaikan, pengolahan sampah tak sebatas memilah jenisnya. Sampah yang diolah harus bisa memberikan nilai lebih.
Seperti dikutip dari jawapos.com, dalam pelatihan itu, warga juga diajari menghitung volume produksi sampah. Sehingga mereka bisa mengira-ngira metode yang pas untuk mengurangi sisa kotoran yang terbuang ke TPA.
“Kenapa pengurangan sampah harus diukur, karena untuk membuat lingkungan bersih harus merubah perilaku. Terutama mengetahui bagaiman sampah masuk ke TPA,” kata laki-laki yang akrab disapa Wawan Some ini.
Di Surabaya mempunyai tempat pengelolan sampah yang bagus menurutnya. Karena memiliki 28 rumah kompos dan 8 TPS 3R.
“Kalau ditunjang ada pengolahan di skala RW, otomatis pada kondisi lingkungan RW dan juga pengaruh ke anggaran. Hari ini kami dorong itu dan ngajarin memilih timbunan sampah,” terangnya.
Ia juga menambahkan bahwa dari perhitungan sampah, misalnya sampah organik bisa dijadikan untuk kompos. Dari situlah terlihat cara mengukur dan mengelola sampah.
“Progresnya nanti ketahuan. Selain itu ditunjang dengan penilaian pertanian, pengurangan gizi buruk atau stunting, pengurangan MBR, UMKM dan konsep kampung wisata,” imbuhnya.
Dalam workshop tersebut Wawan menilai semangat peserta luar biasa. Hal itu dilihat dari pertanyaan warga yang menghendaki adanya keberlanjutan dari program tersebut. “Semangatnya luar biasa. Oleh karena itu kita akan kawal bersama pasca SSC lingkungan setiap RW,” tegas Wawan.