Sabtu, 04 September 2021, YPBB Bandung dan Aliansi Zero Waste Indonesia mengadakan webinar mengangkat judul “Tantangan Bisnis Minim Sampah: Bagaimana Cara Edukasi ke Masyarakat Luas?” dengan narasumber Westiani Agustin dari Biyung Indonesia, Eva Siauw dari Bali Buda, Dr. Yenni Siswantini SE. Ak. M.I.Kom sebagai Dosen dan Peneliti Komunikasi dan Literasi Lingkungan, Budaya dan Gender, dan Anilawati N, Humas Program Zero Waste Cities YPBB Bandung sebagai moderator.
Kegiatan ini dihadiri oleh anggota Zero Waste Business Community (ZWBC), usahawan, dan masyarakat umum. Acara ini bertujuan untuk membagikan pengetahuan kepada usahawan Zero Waste khususnya anggota komunitas ZWBC dalam melakukan edukasi Toko Refill ke masyarakat dan juga mengajak serta merangkul para usahawan Zero Waste di daerah-daerah agar semakin meluasnya visibilitas bisnis/usaha minim sampah.
Seperti kita ketahui, permasalahan sampah di Indonesia didominasi salah satunya oleh kemasan sachet dan plastik sekali pakai lainnya, ditambah belum adanya peraturan pelarangan kemasan tersebut dan masih banyak perusahaan yang memproduksinya karena dianggap sebagai peluang bisnis yang baik di negara berkembang termasuk Indonesia.
Salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan ini adalah dengan tersebarnya bisnis Zero Waste, namun saat ini baru ada sekitar 105 bisnis Zero Waste yang terdata di Indonesia, sehingga akses konsumsi minim sampah masih minim dan tidak merata. Terlebih lagi masih banyak masyarakat yang belum memahami pentingnya produk minim sampah. Adanya permasalahan tersebut, YPPB Bandung membangun Zero Waste Business Community, sebuah komunitas untuk pebisnis yang mendukung sistem Zero Waste.Saat ini sudah ada 69 usaha yang tergabung di komunitas dan tersebar di berbagai daerah di Indonesia. Harapannya edukasi isu persampahan dan toko minim sampah dapat diakses di berbagai daerah. Hal ini disampaikan oleh Alida, salah satu pengelola komunitas dari YPBB Bandung.
Setelah pengenalan ZWBC oleh YPBB Bandung giliran Westiani Agustin dari Biyung Indonesia menjelaskan misi pengurangan sampah yang telah dilakukan oleh Biyung Indonesia sebagai usaha kecil produksi pembalut kain batik dan berbagai produk pendukung menstruasi dengan hasil dari keuntungan digunakan untuk kegiatan kampanye (edukasi dan pengadaan pembalut gratis) dengan tagline “Perempuan Bantu Perempuan Dengan Pembalut Kain”.
Wastiani menyebutkan jika pembalut sekali pakai digunakan oleh 1 perempuan dengan 20 lembar per satu bulan, maka akan ada 1,4 miliar lembar pembalut bekas dalam satu bulan untuk 70 juta perempuan, dan dalam setahun akan menghasilkan 16,8 miliar pembalut bekas. Jika dijejerkan luasnya mencapai 378 km persegi atau setara luas Kota Semarang.
“Maka dari itu Biyung Indonesia menjalankan usaha pembalut kain. setelah itu ternyata permasalahan sampah bukanlah satu satunya alasan dalam menjalankan bisnis pembalut sekali pakai. Ada beberapa isu lainnya seperti kemiskinan, minim atau nihil edukasi dan akses informasi tentang hak kesehatan reproduksi karena, alih fungsi lahan, kerusakan dan pencemaran lingkungan, serta minim implementasi sistem kebijakan.” tambah Westiani.
Solusi yang ditawarkan Biyung Indonesia adalah dengan edukasi, advokasi, dan kolaborasi untuk meningkatkan rasa kepedulian diantara sesama perempuan. Biyung Indonesia berharap selain mengurangi jumlah sampah pembalut, usaha ini juga membantu masyarakat dalam menjaga kesehatan. Sesi kedua dilanjutkan oleh Eva Siauw dari Bali Buda menceritakan awal mula sebagai pengusaha toko refill, cafe dan toko roti yang menerapkan sistem Zero Waste.
“Bali Buda berdiri pada tahun 1994 merupakan cafe dan toko roti yang diawali dengan sesuatu hal yang serba organik. Saat ini di cafe, untuk alas minum menggunakan daun pisang, tempat peralatan makan dengan kain, menggunakan sedotan stainless, minyak bekas kami dikumpulkan untuk digunakan kembali sebagai biofuel. produk yang dijual menggunakan botol atau toples bisa dikembalikan dan mendapatkan Rp.1000/jar dan Rp.500/botol. untuk toko roti kami menggunakan tas kain dan tas koran untuk kantong roti, menggunakan jar kaca untuk kopi, dan kertas atau daun pisang untuk membungkus makanan.” jelas Eva.
Dengan prinsip “memberi contoh” Toko Curah Bali Buda menyediakan berbagai macam produk mulai dari kecantikan, kesehatan, kebutuhan rumah tangga dan didasari memberi contoh dari apa yang mereka lakukan. Eva menyebutkan walaupun untuk mencapai zero waste itu sulit setidaknya Bali Buda dan para pengunjung sudah dan harus menerapkan gaya hidup minim sampah atau ramah lingkungan. Selanjutnya paparan ketiga oleh Yenni Siswantini selaku Dosen dan Peneliti Komunikasi dan Literasi Lingkungan, Budaya dan Gender yang telah bergelut dengan zero waste sejak 2013 yang akan menjelaskan cara promosi dan branding untuk toko curah.
“Masih banyak orang yang belum familiar dengan bulk store, dan bagaimana kita memperkenalkan atau mengedukasi? dalam menjalankan usaha harus targeted dan spesifik. Lalu bagaimana agar produk kita dikenal khalayak? yaitu dengan menggunakan nama yang unik agar mudah diingat.” ucap Yenni.
Yenni menyampaikan selain nama yang unik ada 6 unsur penting dan Comprehensive branding yang harus diperhatikan dalam branding:
- Nama : Nama merek akan mempresentasikan bagaimana khalayak melihat produk kita.
- Logo : Dengan logo merek kita akan mudah diingat,
- Tampilan visual: memberikan penampilan yang menarik dan mudah diingat. seperti besek, pembalut dengan kain batik. dengan kemasan atau penampilan yang ramah lingkungan juga menarik secara tidak langsung dapat mengedukasi masyarakat tentang Zero Waste.
- Founder: sangat penting memperkenalkan founder karena dengan background yang sesuai akan memberi nilai jual merek, rekam jejak dan masyarakat akan semakin yakin dan percaya dengan merek kita.
- Slogan: Buat slogan yang bersifat ajakan.
Comprehensive branding
- Tujuan branding: Target atau siapa yang dituju
- Konsisten: Konsisten dalam penggunaan warna, jenis huruf, dan unsur-unsur lainnya..
- Emosi: cari sesuatu yang mengajak tetapi juga kata-kata yang digunakan haru relate.
- Flexible: mengikuti dinamika pasar, audiens. Selalu membangun brand dan produk, atau promosi.
- Keterlibatan karyawan: libatkan karyawan untuk mendapatkan ide-ide.
- Loyalitas: Bagaimana cara agar pelanggan atau pengguna untuk terus mengikuti atau menggunakan produk.
- competitive awareness : kuis, game, kompetisi, dan game dengan memberi hadiah menarik bisa berupa voucher atau merchandise.
Antusiasme peserta ditunjukkan dengan pertanyaan dan tanggapan yang muncul. Beberapa peserta tertarik dan penasaran pada bulk store yang ditunjukkan oleh Bali Buda. Ada juga peserta yang tertarik dengan isu poverty period dan edukasi yang dilakukan oleh Biyung Indonesia.
Webinar ditutup dengan mengajak seluruh peserta yang menjalankan bisnis atau mau memulai bisnis yang ramah lingkungan untuk bergabung di Zero Waste Business Community dengan daftar melalui bit.ly/Komunitasrefill . (ukuy)