Siaran Pers
Keberadaan sungai di Indonesia saat ini dalam kondisi rusak 98% dalam kondisi tercemar. Padahal sungai-sungai di Indonesia dimanfaatkan sebagai bahan baku air minum, irigasi, budidaya perikanan dan fungsi ekologi sebagai habitat beragam jenis ikan. Memburuknya kualitas air sungai menyebabkan kepunahan beberapa jenis ikan. Indonesia merupakan negara di dunia yang memiliki laju kepunahan ikan tercepat kedua setelah philipina. Ecological Observation and Wetlands Conservation (ECOTON) yang tergabung dalam AZWI mencatat sejumlah faktor yang mendorong kepunahan ikan di Indonesia diantaranya:
- Deforestasi atau penggundulan hutan, vegetasi dalam hutan merupakan energi bagi perairan, daun-daun yang jatuh akan berubah menjadi seresah yang menjadi nutrisi bagi beragam jenis bioata air seperti serangga air (anak capung, lalat sehari, engkang-engkang, kepik, dan makroinvertebrata/biota tidak bertulang belakang). Keberadaan serangga air menjadi sumber pakan ikan selain plankton, maka jika serangga air musnah maka ikanpun akan musnah.
- Limbah pertanian, pemberian pupuk yang berlebihan menimbulkan residu senyawa Nitrat dan phospat. Kadar Nitrat, nitrit dan phospat sangat berpengaruh pada pertumbuhan ikan karena nitrat dan phospat akan menyebabkan kerusakan pada insang. Ikan akan mengalami sulit bernafas meski air mengalir karena insang mengalami kerusakan. Senyawa lain adalah pestisida pertanian dan perkebunan yang banyak digunakan tidak semua terserap dan sebagian terlepas ke perairan sungai.
- Limbah Industri, limbah cair industri banyak mengandung logam berat dan senyawa sintetis akan menimbulkan gangguan telur ikan bahkan kematian telur dalam kandungan ikan. Bahkan temuan terbaru menunjukkan bahwa sungai Citarum terkontaminasi parasetamol dua kali lipat dibanding kandungan parasetamol dalam air di teluk Jakarta, daerah wilayah Rancaekek, Dayeukolot dan Karawang. Paracetamol digunakan dalam industri tekstil untuk bahan penguat pewarna tekstil.
- Limbah Domestik, limbah rumah tangga seperti detergen, khlorin dalam pemutih, e-coli dan nitrit, dampaknya pada kerusakan insang ikan.
- Sampah plastik, sampah plastik di air akan terfragmentasi (terpecah-pecah) menjadi serpihan kecil dibawah 5 mm yang biasa disebut mikroplastik. Keberadaan mikroplastik akan berpengaruh pada system pernafasan/insang dan gangguan hormone ikan.
- Alihfungsi bantaran menjadi kawasan terbangun, hilangnya bantaran akan berpengaruh pada hilangnya habitat bagi pemijahan ikan.
- Penambangan pasir dengan mesin, memicu kekeruhan air dan menghalangi penetrasi sinar matahari yang menyebabkan turunnya kadar oksigen dalam air. Hilangnya batuan di perairan juga berpengaruh pada hilangnya daerah pemijahan ikan, karena ikan umumnya memijah dan menaruh telur pada permukaan kasar seperti habitat bebatuan atau pasir.
- Pembangunan bendungan, keberadaan bendungan membuat siklus reproduksi ikan terganggu. Sebab, sejumlah ikan harus melakukan migrasi menuju hulu untuk melakukan reproduksi. Ketika migrasi tidak bisa dilakukan, maka proses reproduksi ikan menjadi terganggu.
Potensi Keanekaragaman ikan Sungai Ciwulan 2022
Sungai Ciwulan merupakan salah satu sungai di Jawa Barat yang berhulu di Gunung Cikuray dan Gunung Karacak di Kabupaten Garut yang memiliki panjang 114 km. Sungai sepanjang 114 km ini melintasi 2 kabupaten ( Garut dan Tasikmalaya ). Status Sungai Ciwulan dikelompokkan pada kelas 2 yang mana diperuntukan warga sekitar menjadi tumpuan hidup masyarakat. Mereka memanfaatkan aliran Ciwulan sebagai sumber air bersih, pertanian, hingga perikanan.
Dalam sektor pertanian Sungai Ciwulan dapat mengairi area sawah sebanyak 49.631 hektar, yang mana dalam setahun bisa menghasilkan sebanyak 295.734 ton beras.Bukan hanya sektor pertanian aja , salah satu anak sungainya yakni Sungai Ciparay dimanfaatkan oleh warga Kampung Parentas sebagai sumber penggerak turbin atau kincir angin yang bisa menghasilkan listrik ke rumah mereka. Selain itu kenaekaragaman biota didalamnya juga dapat memenuhi kebutuhan masyarakat sekitar. Adapun beberapa jenis ikan yang ada di Sungai Ciwulan antara lain:
No | Nama Ikan | Nama Latin | Populasi |
1. | Lalawak/Bader Merah | Barbonymus balleroides | **** |
2. | Bader Putih | Barbodes gonionotus | **** |
3. | Nilem | Osteochilus vittatus | ***** |
4. | Hampala | Hampala macrolepidota | *** |
5. | Sidat[1] | Anguilla rostrata | * |
6. | Sili | Macrognatus aculeatus | * |
7. | Bethok | Anabas testudineus | ***** |
9 | Genggehek/bekepek | Mystacoleucus obtusirostris | *** |
10. | Caung/baung/Rengkik | Hemibagrus nemurus | ** |
11. | Caung kuning/bebeong | Hemibagrus planiceps | ** |
12. | Ikan mas | Cyprinus carpio | ** |
13. | Benteur/wader cakul | Barbodes binotatus | *** |
14. | Bawal | Brama brama | *** |
15. | Lele | Clarias batrachus | *** |
16. | Belut | Monopterus albus | *** |
17. | Gabus | Channa striata | ** |
18. | Ikan sapu-sapu | Pterygoplichthys spiciosa | **** |
19. | Mujair | Mozambique tilapia | **** |
Penghujung bulan kemarin, tepatnya 31 Maret 2022, Tim Ekspedisi Sungai Nusantara ( ESN ) yang dikoordinir oleh Prigi Aprisandi bersama rekan Amirudin Muttaqin tiba di Kampung Naga yang merupakan salah satu kampong di sekitar Sungai Ciwulan. Bersama Relawan ESN , Prigi Aprisandi dan Amirudin Muttaqin melakukan Ekspedisi Sungai di Ciwulan dengan harapan mengetahui kondisi sungai tersebut.
Dari investigasi tim ekspedisi sungai nusantara, ditemukan 19 spesies ikan untuk selanjutnya diteliti dan dianalisis. Ternyata, dari hasil temuan tim di lapangan, ikan sungai Ciwulan yang berada di Tasikmalaya tersebut positif mengandung mikroplastik. Mikroplastik adalah plastik dengan ukuran mikroskopis atau ukuran yang tidak bisa terlihat dengan mata telanjang, yang ukurannya tidak lebih dari 5 milimeter.
“Temuan republik aer dan ekspedisi sungai nusantara tentang polusi logam berat, mikroplastik, phospat, khlorin dan nitrit mengancam keberadaan 19 spesies ikan yang ditemukan di Ciwulan,” ungkap Peneliti ECOTON, Prigi Arisandi.
Prigi melanjutkan, bahan pencemar seperti logam berat, parasetamol, mikroplastik masuk dalam kategori senyawa pengganggu hormone yang bisa menyebabkan terjadinya feminimisasi ikan atau ikan berubah kelamin menjadi intersex (dalam satu tubuh terdapat dua kelamin). Tak sampai di situ saja, fakta lainnya adalah komposisi ikan berkelamin betina lebih dominan dibanding jantan (80%:20%) yang seharusnya dalam kondisi perairan sehat perbandingan jantan:betina adalah 50%:50%.
“Sumber data kami berasal dari kegiatan penangkapan ikan dengan metode pancing di Ciwulan dan Cikunir, wawancara dengan komunitas sungai, komunitas pemancing yang dipublish dalam youtube, data sekunder media online dari 2020 hingga 2021. keberadaan ikan di Ciwulan ini perlu untuk diteliti lebih lanjut pada musim kemarau karena diyakini masih banyak jenis-jenis ikan unik yang masih belum teridentifikasi di Ciwulan,” jelasnya.
Sementara itu, Koordinator Ekspedisi Nusantara Amiruddin Muttaqin menegaskan pihaknya akan terus mendorong pemerintah-pemerintah daerah untuk memulihkan kualitas air di berbagai sungai di Nusantara.Tak hanya itu, ia juga mendesak agar pemerintah juga mau membangun TPS 3R di tiap desa yang di lalui sungai-sungai besar seperti Ciwulan.
“Kami mendorong Pemprov Jawa Barat untuk memulihkan kualitas air Ciwulan dengan mengendalikan sumber-sumber pencemaran industri batik skala rumah tangga, pengendalian sampah plastik dengan membangun TPS 3R di tiap desa yang dilalui Ciwulan dan pengendalian limbah domestik,” ujar Amiruddin.
Terakhir, Amiruddin berharap agar pelibatan masyarakat dan komunitas juga turut diikutsertakan. Sebab, pemulihan kualitas air akan membawa dampak peningkatan mutu ekologis Ciwulan yang pada gilirannya akan menjadikan Ciwulan habitat yang sehat untuk perkembangbiakan ikan.
Bandung, 5 Maret 2022
Prigi Arisandi, Peneliti Ecoton
Amiruddin Muttaqin, Koordinator Ekspedisi Sungai Nusantara